Dia bernama Ringgo, kerjanya hanya marah. Entah karena masalah sepele sekali pun si Ringgo Gajah akan marah jika hal tersebut tidak mengenakkan hatinya.
Suatu hari, diadakan perlombaan lari antar semua binatang di dalam hutan. Perlombaan ini dibagi ke dalam beberapa kategori berdasarkan berat badan dan juga ukuran binatang. Yang menarik adalah perlombaan lari antara kelinci dan kura-kura. Sontak saja Ringgo mencibir kelinci dan juga kura-kura. Yah, keduanya mendapatkan cibiran, Ringgo berkata kepada kelinci, “Kelinci, kalau cari musuh yang seimbang dong, kamu kan larinya kencang, pilih musuh koq kura-kura, nggak sekalian siput sawah saja kamu ajak bertanding lari.. ha.. ha.. ha”. Sedangkan untuk kura-kura, Ringgo berkata, “Kura-kura, kamu itu jalannya pelan, mana mungkin menang melawan kelinci yang larinya secepat kilat. Kamu hanya bisa menang kalau lomba lari melawan batu kali.. ha.. ha.. ha”.
Begitulah Ringgo si Gajah Pemarah dan juga suka mengkritik. Semua binatang di hutan rimba tidak akan luput dari kritikan pedas Ringgo si gajah. Sampai-sampai, beberapa binatang enggan bertegur sapa dengannya. Karena salah-salah, walau pun hanya menyapa, pasti dimarahi dan dikritiknya juga.
Suatu ketika saat terjadi musim kemarau panjang, Ringgo keluar dari rumahnya dengan wajah marah. Sembari menggerutu, Ringgo mengucapkan sumpah serapahnya kepada alam, “Hei langit, kenapa kau tak kunjung hujan, hei sungai.. kenapa kau mulai kering dan aliranmu tidak sederas biasanya, dasar kalian keparat semuanya”. Padahal, dengan mengucapkan sumpah serapah begitu, hujan pun tidak akan turun, begitu juga dengan sungai, tidak tiba-tiba mengalirkan derasnya air sungai yang jernih lagi segar. Binatang-binatang lainnya hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat ulah Ringgo si gajah pemarah.
Suatu hari, nasib buruk menimpa Ringgo si gajah. Dia terperosok ke dalam lubang jebakan pemburu. Badannya yang besar membuat dirinya sulit untuk bergerak dan keluar dari lubang tersebut. Mulai lah Ringgo berteriak-teriak minta bantuan.
Kelinci datang melihat keadaan Ringgo yang terjebak di dalam lubang. Ringgo berkata pada kelinci, “Hei, kelinci.. ayo sini, bantu aku keluar… aku terjebak di sini”. Begitu rengek Ringgo minta bantuan kelinci. Tetapi apa daya, kelinci hanya lah seekor kelinci. Badannya kecil dan tak akan sanggup mengangkat tubuh Ringgo yang sangat besar tersebut. “Ringgo, kamu kan tau kalau aku ini hanya seekor kelinci, mana bisa aku mengangkat tubuhmu yang besar itu”. Tiba-tiba Ringgo pun marah dengan ucapan kelinci, Ringgo mulai marah dan membentak si kelinci, “kamu kalau tidak bisa bantu, jangan di sini, pergi sana yang jauh, sakit mataku melihat kamu yang hanya mondar-mandir tapi tidak menolong”. Kelinci sungguh kesal dengan ucapan Ringgo, kemudian kelinci membalikkan badan dan buang air besar ke dalam lubang tempat Ringgo terperangkap, sambil berkata, “Ringgo, nih aku kasih kotoranku, siapa tau bisa bermanfaat untuk menyembuhkan otakmu yang selalu marah-marah itu”. Kemudian kelinci pun pergi meninggalkan Ringgo yang semakin marah akibat ulah kelinci yang berak di dalam lubang tempatnya terperangkap. Ringgo teriak keras, “sialan kau kelinci, awas kalau aku bisa keluar dari lubang ini, akan aku injak sampai kau lumat rata dengan tanah”.
Sunyi senyap, tidak ada binatang yang mau mendekati Ringgo si gajah. Dalam hatinya, Ringgo berkata, “ah, kemana semua binatang, mengapa tidak ada satu pun binatang yang peduli denganku”. Pada akhirnya, para pemburu datang dan melihat ada gajah yang terperangkap di dalam lubang jebakan yang mereka buat.
Para pemburu itu pun tertawa-tawa dengan riangnya, seorang pemburu berkata, “ah lumayan, kita dapat gajah, gadingnya mahal jika kita jual, tubuhnya kita biarkan saja membusuk di dalam lubang ini”. Mendengar ucapan si pemburu, Ringgo sungguh sangat kebingungan, berteriak-teriak minta tolong kepada seluruh isi hutan rimba, tetapi sayang sekali, tiada satu binatang pun yang mau membantunya, hingga akhirnya terdengat suara keras menggelegar… dooooor… seorang pemburu menembakkan senapan pemburunya untuk membunuh Ringgo si gajah.
Berakhir sudah riwayat Ringgo si gajah pemarah, tanpa seekor binatang pun yang peduli dengannya.
No comments:
Post a Comment