Sunday, January 6, 2019

Jamah, Gajah ramah

Jamah si Gajah ramah selalu tampil Caria serta ramah. Semua penghuni hutan akan disapanya, walau hanya sekedar.. "selamat pagi".

Suatu hari, Jamah berjalan sendirian di tepi sungai, lalu berjumpa pada Buaya dan Kuda Nil. Jamah pun menyapa mereka berdua, "hello buaya, apa kabar kuda nil, tumben nih kalian berdua akrab, biasanya suka ribut". Mereka berdua pun saling pandang, dan Buaya berkata dengan sedikit ketus, "hei Jamah, kita lagi akrab, kamu ribut.. Nggak suka lihat kami akrab begini?". Kuda Nil pun menimpali, "Iya nih, kita lagi damai sentosa, malah disuruh ribut".

Si Jamah nyengir kuda, "Bukan begitu, kemarin kan kalian berdua ribut nggak jelas gegara sosmed, malu lah bro, cross check berita, budayakan sebagai bangsa binatang yang ber-literasi"

Thursday, January 3, 2019

Semut Marah

Memang kejadian yang sangat jarang ditemui, semut marah.. bukan semut merah. Kali ini si semut sedang marah kepada Gajah, dan penyebabnya sungguh sepele, gajah mandi di tepi danau dengan menggunakan belalainya sebagai alat semprot, tetapi sayangnya si Gajah menyemprot ke mana-mana sehingga mengenai sarang semut dam basah sudah sarang si semut. Maka, marah lah semut dan menyimpan dendam kepada Gajah, "awas yah, akan aku gigit nanti belalaimu, supaya kamu tau rasanya sakit kami"

Hari pun berlalu, pada esok harinya, Gajah sedang beristirahat di bawah pohon rindang. Kemudian, dengan berjalan pelan-pelan, semut berjalan mendekati Gajah yang sedang tertidur dan masuk ke dalam telinganya yang lebar. Di dalam telinga, sekumpulan semut tersebut membuat gaduh, bermain-main dan juga menggigit gendang telinga si Gajah.

Gajah pun bangun kemudian berteriak-teriak, "aduuuh, aduuuh, ada apa ini, kenapa telingaku sakit sekali.. aduuuuh". Semut yang sedang berbuat gaduh di dalam telinga si Gajah mulai tertawa-tawa, dan mereka semakin menggila, "rasakan pembalasan kami", begitu ujar si semut.

Gajah tetap berteriak dan berguling-guling di tanah karena kesakitan, kemudian semut keluar dan menunjukkan dirinya, semut menggigit belalai gajah dan berkata pada gajah, "Hei kamu, gajah gendut, lihat aku si semut... bagaimana rasanya, sakiiiit...? Kemarin engkau pernah menyemprot rumah kami pakai belalaimu yang panjang ini, basah semua seisi sarang, dan kamu tidak perduli", mendengarkan ucapan si semut, lalu Gajah berkata, "maafkan aku semut, lain kali aku akan hati-hati, tapi.. memangnya kapan aku melakukannya?", aaaah, ternyata Gajah memang tidak menyadari kelakuannya saat mandi, semut pun menjelaskan, "saat kamu mandi di danau, kamu pakai belalai untuk semprot-semprot badan, semprotanmu itu sampai ke sarang kami taauuuuu, makanya lain kali, kamu harus hati-hati, jangan menyusahkan binatang lain". Gajah pu mengangguk, "iya, maafkan aku, aku tidak tau, tapi tolong bilang kepada teman-temanmu yang masih di dalam telinga supaya menghentikan gaduh ribut dan gigit-gigit seisi telingaku, sakit niiih".

Kemudian, semut-semut pun menghentikan aktifitasnya, mereka keluar dari telinga si Gajah dan meninggalkan Gajah yang masih merasakan kesakitan. Tebalas sudah ulah si Gajah kemarin yang menyemprot sarang mereka, dan mereka pun bisa memberikan pelajaran pada Gajah yang bertubuh besar.

Monday, December 31, 2018

Jerapopo, Si Jerapah Bahagia

Kamu tahu yang namanya jerapah..? Yaaa, Jerapah adalah seekor binatang dengan tubuh yang besar dan leher yang panjang. Dengan lehernya yang panjang, jerapah bisa meraih daun-daun yang tinggi dan tidak dapat dijangkau oleh binatang lainnya.

Jerapah merupakan binatang pemakan tumbuhan, atau biasa disebut dengan nama herbivora. Walau pun tubuhnya tinggi dan besar, terkadang binatang buas pun mengejar dan memburunya untuk di mangsa.

Alkisah, di dalam hutan rimba, ada seekor Jerapah yang selalu bahagia bernama Jerapopo. Namanya memang unik, karena Jerapah yang satu ini sering menganggap lalu gosip tentang dirinya dan juga tidak terlalu perduli. Sahabat-sahabatnya pun sering berkata, "Eh, Jerapah.. kamu lagi diomongin sama domba dan monyet. Katanya kamu itu tuli makanya sering nggak peduli dengan omongan binatang lain". Jerapopo hanya mengatakan, "nggak apa-apa, aku sih santai saja.. biarkan lah mereka menikmati kebahagiaan dengan suka ngegosipin binatang lain, aku sudah cukup bahagia dengan hidupku saat ini".

Kalau dalam bahasa Jawa, sebutnya 'Aku Rapopo', karena itu lah Jerapah yang satu ini mendapatkan julukan, Jerapopo. Ah, nama yang unik.Dan, memang begitu lah kehidupan di dunia ini, tidak akan luput dari hinaan dan caci maki pihak lain. Kita berbuat benar pun masih tetap salah, apa lagi jika kita berbuat salah dan keliru, langsung digoreng seakan tidak pernah berbuat kebaikan sedikit pun. Berlaku adil lah wahai teman sekaliah, karena adil itu lebih dekat kepada ketaqwaan. Eh, malah ceramah nih.. Ok gaes, untuk sementara, ini dulu deh cerita tentang Jerapopo.. lain waktu disambung lagi deh.. bye bye sobat..

Friday, December 28, 2018

Monyet Adu Domba (Bagian 3)

Begitu lah ulah Mohax, berita bohong yang disebarkannya menyebabkan kedua jenis binatang perkasa di hutan berseteru. Gajah memendam amarah dan Badak menyimpan dendam, semua ini diakibatkan berita bohong belaka.

Setelah rapat di majelis tinggi hutan rimba, Raja Hutan pun memutuskan memanggil mereka berdua yaitu Gajah dan Badak, serta memanggil Mohax si penyebar berita bohong. Mereka bertiga disidang dan dihadiri oleh seluruh pembesar di kerajaan hutan. Kuda memulai pembicaraan, "bagaimana sampai terjadi, perselisihan antara Badak dan Gajah sudah menjadi berita yang viral, bahkan anak-anak pun membicarakannya". Jerapah ikut menimpali kalimat Kuda, "sungguh keterlaluan, jangan lah kalian mudah terhasut oleh berita-berita yang dipelintir oleh media, bijak lah dalam bersikap, tetap jaga persatuan dan kesatuan warga hutan". Raja Hutan masih memperhatikan jalannya musyawarah dan sidang akbar yang diselenggarakan untuk memutuskan kasus perseteruan antara Badak dan Gajah.

Akhirnya si Monyet Bijak angkat bicara, "Mohax, sebagai bangsa monyet, jangan lah suka menyebar berita yang dibumbui adu domba dan provokasi, iya.. kami tahu bahwa media online mu jadi banyak pengunjung, dan tentu saja berdampak kepada peningkatan penghasilanmu, tetapi jangan dengan cara mencelakakan binatang lain". Mohax hanya bisa cengar cengir saja karena di dalam sidang, menjadi pusat perhatian seluruh binatang ahli majelis.

Kancil yang cerdik kemudian menyampaikan beberapa kalimat yang menyudutkan posisi Mohax, "menurut hemat saya, kita harus kembalikan ini berdasarkan perundangan yang berlaku di hutan rimba, khususnya penyalahgunaan media cetak maupun media online. Yang dilakukan oleh Mohax sudah tentu menyangkut pasal-pasal yang berkaitan erat dengan menyebarkan kebencian, perkataan bohong, dan banyak lagi pasal.. tetapi kita warga hutan, tidak bisa semena-mena seperti layaknya manusia, baiknya Mohax diberi surat teguran terkait tindakannya, dan Mohax harus membuat surat penyataan bahawa dirinya tidak akan melakukan hal serupa di kemudian hari. Jika Mohax masih membandel dan melanggar pernyataannya sendiri, maka dapat kita tindak tegas"

Semua ahli majelis pun menganggukkan kepala tanda setuju, sedangkan kemarahan dan dendam kedua binatang yang tadinya berseteru, mulai sedikit reda dan menyadari bahwa dalang kerusuhan ini sebenarnya bersumber dari Mohax yang menggoreng berita sehingga terkesan provokatif dan adu domba. Keduanya akhirnya berdiri berhadapan, kemudian bersalaman, dan saling memaafkan.

Wednesday, December 26, 2018

Monyet Adu Domba (Bagian 2)

Berita yang tersebar di hutan rimba tentang permusuhan antara Badak dan Gajah telah merebak ke seluruh penghuni hutan. Semua pun menduga-duga, seandainya keduanya berkelahi atau bahkan berperang, apa yang akan terjadi, siapa pemenangnya, dan banyak lagi pertanyaan.

Sebagian penghuni hutan pun mulai berspekulasi, tentang gajah dan juga Badak. Perseteruan antar keduanya sampai juga di telinga raja hutan. Raja Hutan memanggil para binatang kepercayaannya, seperti kancil, rusa, dan juga si Monyet Bijak.

Raja Hutan berkata, "perselisihan antara Badak dan Gajah sudah mulai tersebar ke seluruh hutan, seharusnya kita bisa mencegah pertarungan antara keduanya, jangan sampai terjadi keributan yang lebih besar lagi". Rusa berkata kepada Raja, "ini semua gara-gara berita yang tersebar sangat cepat, semestinya kedua belah pihak mampu menahan diri, agar suasana tidak semakin keruh. Keduanya harus bisa berbicara dengan kepala dingin, Jika keduanya tidak mau mengalah dan merasa benar sendiri, kerugian bukan hanya pada diri mereka saja, tetapi semua warga hutan akan terdampak".

Monyet Bijak hanya bisa diam. Tentu saja diam, karena Monyet Bijak tahu persis siapa yang membuat onar pertama kali, yaitu berita-berita yang disebar luaskan oleh Mohax, dari bangsa monyet sendiri. Kemudian, Monyet Bijak berkata, "sebaiknya keduanya kita panggil dan kita ajak berbicara, jangan sampai Gajah maupun Badak bertindak gegabah. Jika kedua jenis binatang ini sampai berperang, maka kerusakan dan kerugian bukan hanya akan menimpa mereka tetapi juga akan berdampak kepada seluruh warga hutan".

Saturday, December 22, 2018

Monyet Adu Domba (Bagian 1)

Di hutan rimba, terdapat seekor Monyet yang suka sekali mengadu domba sehingga terjadi pertengkaran dan perkelahian. Monyet tersebut bernama Mohax atau Monyet Suka Hoax. Hoax sendiri berarti berita bohong, karena memang Mohax dalam menjalankan aksi adu dombanya selalu menyebar berita hoax.

Suatu hari, Mohax berencana menimbulkan keributan antara gajah dan badak. Dua binatang perkasa ini akan diadu dombanya sehingga terjadi perkelahian antara gajah dan badak. Tujuannya sederhana, setiap momen dan kejadian akan diviralkan dan jika sudah viral, semakin banyak yang mengakses web milik Mohax. Semakin banyak yang akses, semakin besar pula kemungkinan Mohax mendapatkan keuntungan dari iklan.

Langkah pertama, dihasutnya gajah dengan statemen dan komentar miring tentang dirinya dan seakan badak sebagai pelakunya. Tersebar berita bahwa Badak adalah binatang paling kuat, tanduknya kokoh dengan badan yang perkasa. Otot tubuhnya yang menonjol menunjukkan bahwa badak memiliki tubuh terlatih, sangat berbeda dengan gajah yang tubuhnya penuh dengan lemak dan menggelambir.

Pemberitaan awal tersebar dangan cepat, Gajah pun murka dengan statement yang sudah terlanjur viral. Padahal statement tersebut tidak diucapkan oleh Badak, hanya tulisan yang dirangkai oleh Mohax untuk mengawali perkelahian antara Badak dan Gajah.

Mohax datang menemui Gajah, dan menanyakan beberapa pertanyaan yang menjebak, "hei Gajah, sudah baca berita hari ini kan.. Bagaimana pendapatmu tentang ucapan si Badak". Gajah mendengus dan dengan kepal tangan yang diacungkan ke udara, Gajah berkata, "Badak kurang ajar, menghina kami para gajah, ingin mampus mungkin dia.. Badak harus meminta maaf kepada kami para Gajah".

Dan berita susulan pun mulai terbit dengan headline provokatif, "Gajah ingin membunuh Badak". Hanya dalam hitungan menit, berita tersebut pun kembali viral, bahkan ucapan Gajah pun dijadikan komoditas dalam mendongkrak popularitas berita yang sudah terlanjur viral.

Bagaimana pihak Badak mensikapi berita tersebut..!? Badak siap perang, Badak siaga satu.. Hmmmm, bukan kah hal ini sangat tidak perlu untuk terjadi, tetapi itu lah sikap pihak Badak. Tanpa menunggu komando, Mohax segera membuat berita susulan atas statement yang dibuat oleh Badak. Mohax berpikir, "sepertinya akan terjadi berita super viral nih, pertarungan akbar antara Badak dan Gajah, mantab surantab". Kemudian terbit lah berita dengan judul, "Badak siaga satu, Badak siap perang melawan Gajah" Begitu lah berita hoax menyebar sangat cepat, dan tentu saja kondisi ini menganggu stabilitas nasional di hutan rimba raya.

Friday, December 21, 2018

Monyet pencuri kacang

Monyet suka sekali makan kacang, pada suatu hari, si Monyet ingin sekali memakan kacang tanah yang gurih dan nikmat. Mulai lah monyet mengelilingi hutan untuk mencari tanaman kacang tanah yang sudah mulai matang. Sayangnya, moyet tidak menemukannya. Kemudian, teringat lah dia tentang belalang yang suka menyimpan kacang di dalam tanah, di dalam sarangnya. Tetapi, bukankah sarang belalang hanya cukup untuk tubuh belalang saja, bagaimana Monyet bisa masuk ke dalam rumah belalang dan mengambil kacang simpanan belalang.

Hmmmm, tetapi keinginan si Monyet sungguh kuat.. Monyet pun pergi diam-diam dan mengendap menuju kediaman si belalang. Sampai di rumah belalang, didapati rumahnya kosong, sunyi senyap.. "Ah, kemana semua belalang" begitu kata monyet dalam hatinya. Monyet pun mengangguk-anggukkan kepalanya, "bagus nih, mumpung sepi, aku raih saja kacang-kacang belalang dan aku bawa pergi.. Hi.. Hi.. Hi.." begitu lah niat jahat si Monyet.

Akan tetapi, rumah belalang sangat sempit, lengan si Monyet berusaha susah payah meraih kacang-kacang simpanan belalang, celakanya lagi.. Setelah kacang tersebut dapat diraihnya, tangannya yang sedang menggenggam kacang tersangkut di lobang pintu rumah belalang... "aduh, celaka aku kalau sampai ketahuan pak belalang, aku bisa dimusuhinya sepanjang hayat"... Tetapi, semakin banyak kacang diraih dan juga digenggam monyet, maka semakin tersangkut lah tangannya..

Seharian si Monyet berusaha melepaskan tangannya, tetapi sungguh malang, tangannya tetap tersangkut di lubang pintu rumah belalang. Seandainya monyet melepaskan kacang-kacang itu dan menarik lengannya, tentu jemarinya akan dengan leluasa melewati lubang pintu rumah belalang, sebagaimana pertama kali monyet memasukkan tangannya ke dalam rumah belalang.

Akhirnya, belalang dan kelompoknya pun datang. Monyet tertangkap basah sedang berusaha mengambil kacang-kacang milik belalang. Belalang mengambil ranting kering dan memukul pergelangan tangan monyet. Dengan serta merta jemarinya terbuka dan jatuh semua kacang-kacang dalam genggaman monyet. Monyet pun bisa menarik tangannya keluar dari rumah belalang.

Dengan wajah malu, Monyet meminta maaf pada belalang, "maaf kan aku Belalang, aku tadi mau mencuri kacang-kacang simpananmu, eh.. tanganku tersangkut pintu rumahmu".. Belalang hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah monyet, dan belalang mengambil beberapa butir kacang dan diberikan pada monyet, "ini, aku beri kamu sedikit kacang simpanan kami, tapi jangan mencuri lagi.. Kalau kau ulangi, kamu akan kami laporkan kepada raja hutan biar kamu dimakan olehnya".. Monyet pun pergi meninggalkan belalang sambil mengucapkan terima kasih dengan tidak lupa mengambil kacang pemberian belalang.

Tuesday, December 18, 2018

Monyet, Kerbau dan Buaya

Di Hutan, semua bisa bersahabat dengan akrabnya. Tanpa membedakan asal, dan juga bentuk rupa, para binatang bisa saling bersahabat dengan sangat akrab. Tedapat tiga binatang yang berhabat satu sama lain, terkadang mereka bermain bersama, saling menasehati dan juga saling belajar dan engajarkan sesama mereka.

Suatu hari, buaya tertindih pohon tumbang. Yah, semalam terjadi badai dan buaya yang sedang berlindung di bawah pohon mengalami sial yang tidak bisa disangka. Pohon tersebut tumbang terkena badai dan menindih tubuh buaya. Semalaman buaya berusaha untuk terlepas dari himpitan pohon, tetapi sungguh malang, pohon hanya bergeser sedikit dan tubuh buaya tetap terhimpit.

Buaya yang dikenal sebagai binatang yang ramah dan murah senyum, kini berubah menjadi makhluk yang murung dan menyedihkan. Semalaman Buaya menagis, apa daya.. tidak ada yang mendengarkan tangisannya.

Keesokan harinya, Monyet mendatanginya dan betapa terkejtnya monyet melihat kondisi Buaya yang lemas karena terhimpit pohon tumbang. Monyet berkata, "buaya, apa yang terjadi denganmu..?". Buaya pun menjawab, "badai semalam telah menumbangkan pohon ini, dan sungguh malang, aku yang lemah ini tertimpa pohon dan belum bisa bergerak dari semalam.. hu.. hu.. hu..". Monyet sungguh kasiha melihat keadaan Buaya, kemudian Monyet berinisiatif meanggil temannya, si Kerbau. Monyet berkata pada Buaya, "Teman, kamu tunggu sebentar yah.. aku akan meanggil pertolongan, mudah-mudahan Kerbau sedang tidak sibuk dan bisa membantu kesusahanmu". Sejurus kemudian, datanglah si Monyet bersama dengan Kerbau. Sama halnya dengan Monyet, Kerbau terkejut melihat keadaan si Buaya yang terhimpit pohon tumbang. Setelah melihat kondisi Buaya beberapa saat, dan Buaya pun hanya diam dengan sisa tetes air matanya. Kerbau melangkah dan mulai mengambil ancang-ancang untuk mengangkat pohon tumbang yang menghimpit Buaya.

"Uggghhhh.." Begitu suara Kerbau yang mengangkat pohon tumbang dengan sekuat tenaga menggunakan tanduknya yang kokoh.
Beberapa saat kemudian, pohon pun bergeser dari atas tubuh Buaya, sedangkan Buaya yang sudah kehabisan, hanya bisa tersenyum lemas karena di bantu oleh temannya, Monyet dan Kerbau. Buaya mulai membuka pembicaraan, "terima kasih sahabat, tanpa kalian semua, mungkin aku sudah mati tertindih pohon besar ini.. aaah, dadaku masih sesak, sulit sekali rasanya untuk bisa bernafas dengan lega seperti biasa". Monyet dan Kerbau hanya bisa tersenyum melihat sahabatnya si Buaya bisa tersenyum kembali seperti sedia kala.

Begitu lah kehidupan di hutan rimba, semua binatang bisa saling membantu dan juga saling mengisi. Jika dianara mereka ada yang kesusahan, maka binatang lain dengan sigap akan membantu. Tanpa curiga.. tanpa berburuk sangka..

Friday, December 14, 2018

Monyet Bijak Penasihat Raja Hutan

Monyet dalam keluarga primata merupakan binatang yang paling dekat silsilahnya dengan manusia. Tetapi tetap saja, monyet dan manusia merupakan spesies yang berbeda. Kita lupakan dulu silsilah monyet dalam keluarga primata, mari kita ikuti dongeng tentang monyet berikut.

Al kisah, di dalam hutan rimba raya, terdapat seekor monyet yang bijaksana. Monyet bijaksana tersebut bernama Arthur. Karena Arthur dikenal sebagai binatang yang bijak, Raja hutan pun tertarik untuk menjadikannya sebagai salah satu penasihat Raja Hutan.

Suatu ketika, terjadi keributan di hutan rimba terkait perebutan daerah kekuasaan. Raja Penyu berencana untuk memisahkan diri dari kerajaan rimba raya. Tentu ada beberapa hal yang mendasar, kesenjangan ekonomi antara pusat kerajaan dan daerah-daerah di perbatasan, keterbatasan akses pendidikan dan kesehatan, kemiskinan, dan sebagainya. Raja Penyu merasa tidak diperhatikan oleh Raja Hutan, sehingga Kerajaan Penyu sendiri berencana memisahkan diri dari Kerajaan Rimba Raya. Hmmmm, sungguh kondisi yang amat pelik dan dibutuhkan penyelesaian yang bijak juga. Kerajaan Penyu yang merupakan bagian dari kerajaan Rimba Raya secara keseluruhan harus ditenangkan.

Kemudian diadakan musyawarah terbatas yang dihadiri oleh seluruh perwakilan kerajaan di hutan, seperti perwakilan dari Kodok, Monyet, Kuda, Rusa, Ular, Jerapah, dan juga perwakilan dari kerajaan Penyu. Di dalam musyawarah terbatas tersebut, Kerajaan Penyu dengan keras menyatakan ingin memisahkan diri dari Kerajaan Rimba Raya dan tidak ingin lagi ada urusan dengan Raja Hutan. Seluruh binatang pun menjadi heboh, dan hal tersebut memang tidak pantas dilakukan. Ada baiknya semua permasalahan dapat diselesaikan dengan baik dan bijak.

Dalam kehati-hatiannya, kemudian Raja Hutan berkata kepada Arthur si monyet bijak, "Arthur, bagaimana pendapatmu tentang masalah ini..?", lalu Arthur coba berpikir keras dengan tetap mempertimbangkan kesatuan dan persatuan sesama binatang di Kerajaan Rimba Raya. Kemudian Arthur menyampaikan pendapatnya, "Tuanku Baginda Raja, hamba yang lemah ini akan mencoba memberikan masukan.. Keinginan Kerajaan Penyu untuk memisahkan diri mungkin bukan akibat yang tiba-tiba, tetapi merupakan akumulasi permasalahan yang ada di Kerajaan Penyu. Kita pun sama paham, bagaimana kerajaan penyu letaknya sangat jauh dari pusat kerajaan, berada di kawasan mangrove dan juga kawasan pesisir. Walau pun komunikasi antara pusat kerajaan dengan wilayah kerajaan penyu cukup sulit, tetapi adalah kewajiban kerajaan Rimba Raya untuk menjamin kesejahteraan setiap wilayah dan juga rakyat yang berada di dalamnya".

Seluruh peserta musyawarah mendengarkan penjelasan Arthur si monyet dengan seksama, kemudian Arthur melanjutkan penjelasannya, "pemerataan ekonomi akan sulit dicapai, jika aksesibilitas tidak diperbaiki, dan para penyu akan tetap merasa dikucilkan jika kesenjangan ini tidak segera diatasi atau bahkan dibiarkan berlarut-larut layaknya benang kusut. Pembangunan di kawasan mangrove dan pesisir yang merupakan wilayah Kerajaan Penyu harus diperhatikan, dan agar mereka siap dengan pembangunan di wilayah mereka, kita siapkan juga anak-anak mereka agar mengenyam pendidikan yang layak. Karena jika mereka pintar dan cerdas, maka mereka akan bisa mengelola potensi Kerajaan Penyu dengan tanpa merasa dikucilkan".

Jerapah memberikan komentarnya, "tetapi, jika mereka pintar dan cerdas, bukankah mereka akan semakin kuat keinginan untuk meredeka dan memisahkan diri dari Kerajaan Rimba Raya..?". Setelah memandang Raja Hutan, Arthur melanjutkan penjelasannya, "Saya harap tidak, karena kita bangsa binatang adalah bangsa yang selalu mampu membalas budi dan juga membalas jasa kepada siapa saja yang memberikan kebaikan kepada kita, mari kita menjaga persatuan dan kesatuan Kerajaan Rimba Raya secara utuh, karena Kesatuan Kerajaan Rimba Raya merupakan harga mati dan tidak bisa ditawar-tawar lagi". Beberapa binatang yang menghadiri musyawarah saling pandang, dan mengangguk pertanda setuju dengan penjelasan Arthur.

Yah, kelaparan, kemiskinan dan ketidak adilan saja yang sering menjadikan setiap individu merasa perlu untuk bertindak. Semoga menjadi pelajaran untuk kita semua, perbedaan selalu ada tetapi mari kita utamakan persatuan antara sesama kita.

Thursday, December 13, 2018

Rambo si Kodok Jagoan

Di hutan terdapat seekor Kodok yang pemberani. Dia selalu membela teman-temannya, dan selalu siap untuk membantu temannya yang kesusahan. Kodok jagoan ini bernama Rambo. Ha.. ha.. ha.. seperti judul film holywood saja.

Rambo bekerja sebagai sekuriti di sebuah pusat pembelanjaan di hutan. Suatu hari, terjadi keributan kecil di hutan. Penyebabnya hanya urusan sepele, yaitu tentang mengantri di loket pembayaran karcis bioskop. Seekor katak yang sedang mengantri bersitegang dengan orang yang ada di belakangnya. Sedangkan Rambo, masih mengamati dari kejauhan.

Katak yang ada di barisan depan berkata, "hei, kalau lagi antri yang rapi dong, ini kenapa ada dua antrian, loket pembayarannya kan hanya satu..?", sedangkan Katak yang ada di belakangnya berkata, "sudah lah, semua kita juga bayar, nggak usah sok jagoan". Keributan pun mulai memuncak saat terjadi dorong-dorongan sesama pengantri tiket. Rambo hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah para Kodok yang tidak bisa tertib dalam mengantri. Koq seperti di dunia manusia yang sering rebutan nasi bungkus, ah.. entah lah, itu urgensinya apa berebut nasi bungkus..! Mungkin tidak ada pengaturan dari panitia, sehingga terjadi ricuh dan saling serobot. Tetapi, ini kan antrian di hutan rimba, di dunia binatang, kenapa harus meniru gaya manusia yang tidak bisa tertib.

Kemudian Rambo berdiri dan mendekati antrian yang sedang saling dorong tersebut, kemudian Rambo berkata, "hei, kalian ini sedang apa, kalau antri satu-satu dan tertib, kan semua bisa beli tiket dengan tertib". Diingatkan begitu, ada saja yang nyinyir, "dan kamu siapa, koq sok ngatur segala, urus saja urusanmu sendiri, jangan sok hebat di sini". Sejurus kemudian, Rambo menggebrak meja dan terdengar lah suara yang keras, Braaaak... lalu Rambo berkata, "yang tidak bisa tertib, keluar barisan, yang masih tidak terima, sini.. berhadapan dengan saya, mulut koq nggak bisa santun kalau bicara, minta dihajar juga kalian semua.. mau maju bareng, keroyokan, sini.. aku ladenin.." Rambo dengan postur tubuhnya yang berotot membuat nyali kodok lain pun menjadi ciut. Tidak ada lagi yang berani membantah atau pun  menyahut ucapan Rambo si Kodok Jagoan yang sedang marah.

Kerumunan kodok itu kemudian terdiam seribu bahasa, kemudian mulai lah mereka satu per satu melakukan pengaturan barisan dengan tertib. Lalu Rambo berjalan ke loket penjualan tiket, dan menggebrak kaca penjual tiket, "hei, kamu itu mau kerja atau mau tidur, lama sekali melayani pelanggan". Beberapa saat kemudian, keluar lah seekor kodok petugas penjual tiket dan berkata, "maaf boss Rambo, sedang dilakukan pergantian petugas, sehingga beberapa teman harus menjelaskan kondisi terakhir terkait penjualan tiket". Begitu petugas tiket coba menjelaskan. Rambo hanya bisa menggelengkan kepala, bagaimana bisa jadwal pertunjukan sudah jelas, jadwal buka bioskop pun sudah diatur, dan kenapa petugas tiket bekerja dengan teledor begini. Hmmmm, bagaimana bisa para binatang di hutan mengikuti gaya telat dan ngaret para manusia, suka ribut di sosmed ala pembela capres, atau apalah itu namanya pakai sebut-sebut kampret dan cebong. Kita ini binatang, hidup dengan bermartabat, jangan suka ikut-ikutan manusia yang tidak bisa tertib. Yang gegara nasi bungkus saja bisa ribut dan teriak-teriak, "kami lapaaar".. sungguh dunia manusia, dunia yang aneh dan penuh kepalsuan.

Monday, December 10, 2018

Dori, teman yang baik

Dia adalah Dori si Kodok Ceria. Dori paling suka bernyanyi dan suaranya pun merdu. Tentang persahabantan dengan teman sesama Kodok, tidak diragukan lagi, karena Dori adalah teman yang sangat baik dan disukai pula oleh teman-temannya sesama Kodok. Tidak hanya itu, Dori pun berteman dengan binatang lain di hutan seperti Monyet, Kancil, Gajah dan banyak lagi.

Pada suatu malam, disaat Dori sedang asyik bernyanyi, Dori mendengarkan sayup-sayup suara langkah kaki binatang yang mendekatinya. Dori yang sedang berada di atas bunga daun teratai yang lebar dengan mudah mengetahui kehadiran binatang tersebut. Karena getaran dari permukaan air yang merambat hingga sampai ke daun tempat Dori sedang berada. Kemudian, Dori menghentikan nyanyiannya dan mulai mengamati, siapakah binatang yangsedang mendekatinya.

Alangkah terkejutnya si Dori, ternyata yang sedang berjalan pelan-pelan ke arahnya adalah George si monyet. Dori menyapa si George, "kenapa wajahmu jutek begitu George, malam-malam begini keluyuran, nggak dicariin sama orang tua mu..?", begitu tanya si Dori. George menjawab dengan lesu, "lagi bete nih, boring time.. mau tidur koq nggak bisa tidur, ya sudah.. jalan-jalan saja ke danau, ngobrol dengan mu".

Kemudian, Dori mengungkapkan beberapa rahasia tentang dirinya, Dori berkata, "George, kamu tahu nggak, dulu aku pengen jadi pilot.. tapi apa daya, ternyata aku takut ketinggian, memanjat pohon saja aku tidak berani". George tersenyum, lalu berkata, "Aku dulu mau jadi dokter, tapi ternyata aku takut lihat darah". Kemudian semalaman mereka pun cerita ke sana dan kemari, mengalir saja, sambil begadang, tidak tidur semalaman. Menjelang pagi, George mengatakan bahwa, salah satu penyebab dia tidak bisa tidur adalah, karena George sedang sedih, teringat ibunya yang sudah lama meninggal dunia. Dori pun menghiburnya, "sudah lah, jangan terlalu bersedih... bagaimana kalau kita lomba loncat di atas daun teratai saja..?". George terdiam sejenak, lalu berkata, "yah, aku mana bisa berjalan di atas teratai, aku kan berat, bagaimana kalau lomba memanjat pohon..?", kali ini Dori yang tidak bisa menerima usulan George, "waaaah, aku mana bisa memanjat pohon, aku kan bisanya meloncat".

Beberapa saat kemudian, pagi pun menjelang, sinar mentari mulai menampakkan diri dan menyinari seluruh kawasan hutan dengan perlahan. George pun ingin pulang ke rumahnya, dan berkata pada Dori, "sudah dullu yah, aku pulang dulu". Dori mendatangi George dan menepuk pundaknya, "George, jangan sedih lagi ya, tersenyum lah, mari menatap masa depan dengan semangat, karena ibu mu pasti bangga dengan kamu, jika kamu tetap semangat dalam hidup ini... jangan sedih melulu". George menganggukkan kepalanya, "terima kasih ya bro, kamu memang teman yang baik, senang bisa mengenal kamu dan menjadi temanmu". Dan, George pun pulang ke rumahnya dengan menghapus segala duka yang lagi menyelimuti hatinya. "Semoga ibu tenang di alam sana, aku sayang ibu"...