Kamu tahu yang namanya jerapah..? Yaaa, Jerapah adalah seekor binatang dengan tubuh yang besar dan leher yang panjang. Dengan lehernya yang panjang, jerapah bisa meraih daun-daun yang tinggi dan tidak dapat dijangkau oleh binatang lainnya.
Jerapah merupakan binatang pemakan tumbuhan, atau biasa disebut dengan nama herbivora. Walau pun tubuhnya tinggi dan besar, terkadang binatang buas pun mengejar dan memburunya untuk di mangsa.
Alkisah, di dalam hutan rimba, ada seekor Jerapah yang selalu bahagia bernama Jerapopo. Namanya memang unik, karena Jerapah yang satu ini sering menganggap lalu gosip tentang dirinya dan juga tidak terlalu perduli. Sahabat-sahabatnya pun sering berkata, "Eh, Jerapah.. kamu lagi diomongin sama domba dan monyet. Katanya kamu itu tuli makanya sering nggak peduli dengan omongan binatang lain". Jerapopo hanya mengatakan, "nggak apa-apa, aku sih santai saja.. biarkan lah mereka menikmati kebahagiaan dengan suka ngegosipin binatang lain, aku sudah cukup bahagia dengan hidupku saat ini".
Kalau dalam bahasa Jawa, sebutnya 'Aku Rapopo', karena itu lah Jerapah yang satu ini mendapatkan julukan, Jerapopo. Ah, nama yang unik.Dan, memang begitu lah kehidupan di dunia ini, tidak akan luput dari hinaan dan caci maki pihak lain. Kita berbuat benar pun masih tetap salah, apa lagi jika kita berbuat salah dan keliru, langsung digoreng seakan tidak pernah berbuat kebaikan sedikit pun. Berlaku adil lah wahai teman sekaliah, karena adil itu lebih dekat kepada ketaqwaan. Eh, malah ceramah nih.. Ok gaes, untuk sementara, ini dulu deh cerita tentang Jerapopo.. lain waktu disambung lagi deh.. bye bye sobat..
Cerita dan dongeng binatang hadir sebagai materi yang menarik untuk diceritakan pada buah hati anda. Materi dan cerita dalam dongeng fabel berikut disusun dalam format cerita yang modern dan kekinian. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Monday, December 31, 2018
Friday, December 28, 2018
Monyet Adu Domba (Bagian 3)
Begitu lah ulah Mohax, berita bohong yang disebarkannya menyebabkan kedua jenis binatang perkasa di hutan berseteru. Gajah memendam amarah dan Badak menyimpan dendam, semua ini diakibatkan berita bohong belaka.
Setelah rapat di majelis tinggi hutan rimba, Raja Hutan pun memutuskan memanggil mereka berdua yaitu Gajah dan Badak, serta memanggil Mohax si penyebar berita bohong. Mereka bertiga disidang dan dihadiri oleh seluruh pembesar di kerajaan hutan. Kuda memulai pembicaraan, "bagaimana sampai terjadi, perselisihan antara Badak dan Gajah sudah menjadi berita yang viral, bahkan anak-anak pun membicarakannya". Jerapah ikut menimpali kalimat Kuda, "sungguh keterlaluan, jangan lah kalian mudah terhasut oleh berita-berita yang dipelintir oleh media, bijak lah dalam bersikap, tetap jaga persatuan dan kesatuan warga hutan". Raja Hutan masih memperhatikan jalannya musyawarah dan sidang akbar yang diselenggarakan untuk memutuskan kasus perseteruan antara Badak dan Gajah.
Akhirnya si Monyet Bijak angkat bicara, "Mohax, sebagai bangsa monyet, jangan lah suka menyebar berita yang dibumbui adu domba dan provokasi, iya.. kami tahu bahwa media online mu jadi banyak pengunjung, dan tentu saja berdampak kepada peningkatan penghasilanmu, tetapi jangan dengan cara mencelakakan binatang lain". Mohax hanya bisa cengar cengir saja karena di dalam sidang, menjadi pusat perhatian seluruh binatang ahli majelis.
Kancil yang cerdik kemudian menyampaikan beberapa kalimat yang menyudutkan posisi Mohax, "menurut hemat saya, kita harus kembalikan ini berdasarkan perundangan yang berlaku di hutan rimba, khususnya penyalahgunaan media cetak maupun media online. Yang dilakukan oleh Mohax sudah tentu menyangkut pasal-pasal yang berkaitan erat dengan menyebarkan kebencian, perkataan bohong, dan banyak lagi pasal.. tetapi kita warga hutan, tidak bisa semena-mena seperti layaknya manusia, baiknya Mohax diberi surat teguran terkait tindakannya, dan Mohax harus membuat surat penyataan bahawa dirinya tidak akan melakukan hal serupa di kemudian hari. Jika Mohax masih membandel dan melanggar pernyataannya sendiri, maka dapat kita tindak tegas"
Semua ahli majelis pun menganggukkan kepala tanda setuju, sedangkan kemarahan dan dendam kedua binatang yang tadinya berseteru, mulai sedikit reda dan menyadari bahwa dalang kerusuhan ini sebenarnya bersumber dari Mohax yang menggoreng berita sehingga terkesan provokatif dan adu domba. Keduanya akhirnya berdiri berhadapan, kemudian bersalaman, dan saling memaafkan.
Setelah rapat di majelis tinggi hutan rimba, Raja Hutan pun memutuskan memanggil mereka berdua yaitu Gajah dan Badak, serta memanggil Mohax si penyebar berita bohong. Mereka bertiga disidang dan dihadiri oleh seluruh pembesar di kerajaan hutan. Kuda memulai pembicaraan, "bagaimana sampai terjadi, perselisihan antara Badak dan Gajah sudah menjadi berita yang viral, bahkan anak-anak pun membicarakannya". Jerapah ikut menimpali kalimat Kuda, "sungguh keterlaluan, jangan lah kalian mudah terhasut oleh berita-berita yang dipelintir oleh media, bijak lah dalam bersikap, tetap jaga persatuan dan kesatuan warga hutan". Raja Hutan masih memperhatikan jalannya musyawarah dan sidang akbar yang diselenggarakan untuk memutuskan kasus perseteruan antara Badak dan Gajah.
Akhirnya si Monyet Bijak angkat bicara, "Mohax, sebagai bangsa monyet, jangan lah suka menyebar berita yang dibumbui adu domba dan provokasi, iya.. kami tahu bahwa media online mu jadi banyak pengunjung, dan tentu saja berdampak kepada peningkatan penghasilanmu, tetapi jangan dengan cara mencelakakan binatang lain". Mohax hanya bisa cengar cengir saja karena di dalam sidang, menjadi pusat perhatian seluruh binatang ahli majelis.
Kancil yang cerdik kemudian menyampaikan beberapa kalimat yang menyudutkan posisi Mohax, "menurut hemat saya, kita harus kembalikan ini berdasarkan perundangan yang berlaku di hutan rimba, khususnya penyalahgunaan media cetak maupun media online. Yang dilakukan oleh Mohax sudah tentu menyangkut pasal-pasal yang berkaitan erat dengan menyebarkan kebencian, perkataan bohong, dan banyak lagi pasal.. tetapi kita warga hutan, tidak bisa semena-mena seperti layaknya manusia, baiknya Mohax diberi surat teguran terkait tindakannya, dan Mohax harus membuat surat penyataan bahawa dirinya tidak akan melakukan hal serupa di kemudian hari. Jika Mohax masih membandel dan melanggar pernyataannya sendiri, maka dapat kita tindak tegas"
Semua ahli majelis pun menganggukkan kepala tanda setuju, sedangkan kemarahan dan dendam kedua binatang yang tadinya berseteru, mulai sedikit reda dan menyadari bahwa dalang kerusuhan ini sebenarnya bersumber dari Mohax yang menggoreng berita sehingga terkesan provokatif dan adu domba. Keduanya akhirnya berdiri berhadapan, kemudian bersalaman, dan saling memaafkan.
Wednesday, December 26, 2018
Monyet Adu Domba (Bagian 2)
Berita yang tersebar di hutan rimba tentang permusuhan antara Badak dan Gajah telah merebak ke seluruh penghuni hutan. Semua pun menduga-duga, seandainya keduanya berkelahi atau bahkan berperang, apa yang akan terjadi, siapa pemenangnya, dan banyak lagi pertanyaan.
Sebagian penghuni hutan pun mulai berspekulasi, tentang gajah dan juga Badak. Perseteruan antar keduanya sampai juga di telinga raja hutan. Raja Hutan memanggil para binatang kepercayaannya, seperti kancil, rusa, dan juga si Monyet Bijak.
Raja Hutan berkata, "perselisihan antara Badak dan Gajah sudah mulai tersebar ke seluruh hutan, seharusnya kita bisa mencegah pertarungan antara keduanya, jangan sampai terjadi keributan yang lebih besar lagi". Rusa berkata kepada Raja, "ini semua gara-gara berita yang tersebar sangat cepat, semestinya kedua belah pihak mampu menahan diri, agar suasana tidak semakin keruh. Keduanya harus bisa berbicara dengan kepala dingin, Jika keduanya tidak mau mengalah dan merasa benar sendiri, kerugian bukan hanya pada diri mereka saja, tetapi semua warga hutan akan terdampak".
Monyet Bijak hanya bisa diam. Tentu saja diam, karena Monyet Bijak tahu persis siapa yang membuat onar pertama kali, yaitu berita-berita yang disebar luaskan oleh Mohax, dari bangsa monyet sendiri. Kemudian, Monyet Bijak berkata, "sebaiknya keduanya kita panggil dan kita ajak berbicara, jangan sampai Gajah maupun Badak bertindak gegabah. Jika kedua jenis binatang ini sampai berperang, maka kerusakan dan kerugian bukan hanya akan menimpa mereka tetapi juga akan berdampak kepada seluruh warga hutan".
Sebagian penghuni hutan pun mulai berspekulasi, tentang gajah dan juga Badak. Perseteruan antar keduanya sampai juga di telinga raja hutan. Raja Hutan memanggil para binatang kepercayaannya, seperti kancil, rusa, dan juga si Monyet Bijak.
Raja Hutan berkata, "perselisihan antara Badak dan Gajah sudah mulai tersebar ke seluruh hutan, seharusnya kita bisa mencegah pertarungan antara keduanya, jangan sampai terjadi keributan yang lebih besar lagi". Rusa berkata kepada Raja, "ini semua gara-gara berita yang tersebar sangat cepat, semestinya kedua belah pihak mampu menahan diri, agar suasana tidak semakin keruh. Keduanya harus bisa berbicara dengan kepala dingin, Jika keduanya tidak mau mengalah dan merasa benar sendiri, kerugian bukan hanya pada diri mereka saja, tetapi semua warga hutan akan terdampak".
Monyet Bijak hanya bisa diam. Tentu saja diam, karena Monyet Bijak tahu persis siapa yang membuat onar pertama kali, yaitu berita-berita yang disebar luaskan oleh Mohax, dari bangsa monyet sendiri. Kemudian, Monyet Bijak berkata, "sebaiknya keduanya kita panggil dan kita ajak berbicara, jangan sampai Gajah maupun Badak bertindak gegabah. Jika kedua jenis binatang ini sampai berperang, maka kerusakan dan kerugian bukan hanya akan menimpa mereka tetapi juga akan berdampak kepada seluruh warga hutan".
Saturday, December 22, 2018
Monyet Adu Domba (Bagian 1)
Di hutan rimba, terdapat seekor Monyet yang suka sekali mengadu domba sehingga terjadi pertengkaran dan perkelahian. Monyet tersebut bernama Mohax atau Monyet Suka Hoax. Hoax sendiri berarti berita bohong, karena memang Mohax dalam menjalankan aksi adu dombanya selalu menyebar berita hoax.
Suatu hari, Mohax berencana menimbulkan keributan antara gajah dan badak. Dua binatang perkasa ini akan diadu dombanya sehingga terjadi perkelahian antara gajah dan badak. Tujuannya sederhana, setiap momen dan kejadian akan diviralkan dan jika sudah viral, semakin banyak yang mengakses web milik Mohax. Semakin banyak yang akses, semakin besar pula kemungkinan Mohax mendapatkan keuntungan dari iklan.
Langkah pertama, dihasutnya gajah dengan statemen dan komentar miring tentang dirinya dan seakan badak sebagai pelakunya. Tersebar berita bahwa Badak adalah binatang paling kuat, tanduknya kokoh dengan badan yang perkasa. Otot tubuhnya yang menonjol menunjukkan bahwa badak memiliki tubuh terlatih, sangat berbeda dengan gajah yang tubuhnya penuh dengan lemak dan menggelambir.
Pemberitaan awal tersebar dangan cepat, Gajah pun murka dengan statement yang sudah terlanjur viral. Padahal statement tersebut tidak diucapkan oleh Badak, hanya tulisan yang dirangkai oleh Mohax untuk mengawali perkelahian antara Badak dan Gajah.
Mohax datang menemui Gajah, dan menanyakan beberapa pertanyaan yang menjebak, "hei Gajah, sudah baca berita hari ini kan.. Bagaimana pendapatmu tentang ucapan si Badak". Gajah mendengus dan dengan kepal tangan yang diacungkan ke udara, Gajah berkata, "Badak kurang ajar, menghina kami para gajah, ingin mampus mungkin dia.. Badak harus meminta maaf kepada kami para Gajah".
Dan berita susulan pun mulai terbit dengan headline provokatif, "Gajah ingin membunuh Badak". Hanya dalam hitungan menit, berita tersebut pun kembali viral, bahkan ucapan Gajah pun dijadikan komoditas dalam mendongkrak popularitas berita yang sudah terlanjur viral.
Bagaimana pihak Badak mensikapi berita tersebut..!? Badak siap perang, Badak siaga satu.. Hmmmm, bukan kah hal ini sangat tidak perlu untuk terjadi, tetapi itu lah sikap pihak Badak. Tanpa menunggu komando, Mohax segera membuat berita susulan atas statement yang dibuat oleh Badak. Mohax berpikir, "sepertinya akan terjadi berita super viral nih, pertarungan akbar antara Badak dan Gajah, mantab surantab". Kemudian terbit lah berita dengan judul, "Badak siaga satu, Badak siap perang melawan Gajah" Begitu lah berita hoax menyebar sangat cepat, dan tentu saja kondisi ini menganggu stabilitas nasional di hutan rimba raya.
Friday, December 21, 2018
Monyet pencuri kacang
Monyet suka sekali makan kacang, pada suatu hari, si Monyet ingin sekali memakan kacang tanah yang gurih dan nikmat. Mulai lah monyet mengelilingi hutan untuk mencari tanaman kacang tanah yang sudah mulai matang. Sayangnya, moyet tidak menemukannya. Kemudian, teringat lah dia tentang belalang yang suka menyimpan kacang di dalam tanah, di dalam sarangnya. Tetapi, bukankah sarang belalang hanya cukup untuk tubuh belalang saja, bagaimana Monyet bisa masuk ke dalam rumah belalang dan mengambil kacang simpanan belalang.
Hmmmm, tetapi keinginan si Monyet sungguh kuat.. Monyet pun pergi diam-diam dan mengendap menuju kediaman si belalang. Sampai di rumah belalang, didapati rumahnya kosong, sunyi senyap.. "Ah, kemana semua belalang" begitu kata monyet dalam hatinya. Monyet pun mengangguk-anggukkan kepalanya, "bagus nih, mumpung sepi, aku raih saja kacang-kacang belalang dan aku bawa pergi.. Hi.. Hi.. Hi.." begitu lah niat jahat si Monyet.
Akan tetapi, rumah belalang sangat sempit, lengan si Monyet berusaha susah payah meraih kacang-kacang simpanan belalang, celakanya lagi.. Setelah kacang tersebut dapat diraihnya, tangannya yang sedang menggenggam kacang tersangkut di lobang pintu rumah belalang... "aduh, celaka aku kalau sampai ketahuan pak belalang, aku bisa dimusuhinya sepanjang hayat"... Tetapi, semakin banyak kacang diraih dan juga digenggam monyet, maka semakin tersangkut lah tangannya..
Seharian si Monyet berusaha melepaskan tangannya, tetapi sungguh malang, tangannya tetap tersangkut di lubang pintu rumah belalang. Seandainya monyet melepaskan kacang-kacang itu dan menarik lengannya, tentu jemarinya akan dengan leluasa melewati lubang pintu rumah belalang, sebagaimana pertama kali monyet memasukkan tangannya ke dalam rumah belalang.
Akhirnya, belalang dan kelompoknya pun datang. Monyet tertangkap basah sedang berusaha mengambil kacang-kacang milik belalang. Belalang mengambil ranting kering dan memukul pergelangan tangan monyet. Dengan serta merta jemarinya terbuka dan jatuh semua kacang-kacang dalam genggaman monyet. Monyet pun bisa menarik tangannya keluar dari rumah belalang.
Dengan wajah malu, Monyet meminta maaf pada belalang, "maaf kan aku Belalang, aku tadi mau mencuri kacang-kacang simpananmu, eh.. tanganku tersangkut pintu rumahmu".. Belalang hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah monyet, dan belalang mengambil beberapa butir kacang dan diberikan pada monyet, "ini, aku beri kamu sedikit kacang simpanan kami, tapi jangan mencuri lagi.. Kalau kau ulangi, kamu akan kami laporkan kepada raja hutan biar kamu dimakan olehnya".. Monyet pun pergi meninggalkan belalang sambil mengucapkan terima kasih dengan tidak lupa mengambil kacang pemberian belalang.
Tuesday, December 18, 2018
Monyet, Kerbau dan Buaya
Di Hutan, semua bisa bersahabat dengan akrabnya. Tanpa membedakan asal, dan juga bentuk rupa, para binatang bisa saling bersahabat dengan sangat akrab. Tedapat tiga binatang yang berhabat satu sama lain, terkadang mereka bermain bersama, saling menasehati dan juga saling belajar dan engajarkan sesama mereka.
Suatu hari, buaya tertindih pohon tumbang. Yah, semalam terjadi badai dan buaya yang sedang berlindung di bawah pohon mengalami sial yang tidak bisa disangka. Pohon tersebut tumbang terkena badai dan menindih tubuh buaya. Semalaman buaya berusaha untuk terlepas dari himpitan pohon, tetapi sungguh malang, pohon hanya bergeser sedikit dan tubuh buaya tetap terhimpit.
Buaya yang dikenal sebagai binatang yang ramah dan murah senyum, kini berubah menjadi makhluk yang murung dan menyedihkan. Semalaman Buaya menagis, apa daya.. tidak ada yang mendengarkan tangisannya.
Keesokan harinya, Monyet mendatanginya dan betapa terkejtnya monyet melihat kondisi Buaya yang lemas karena terhimpit pohon tumbang. Monyet berkata, "buaya, apa yang terjadi denganmu..?". Buaya pun menjawab, "badai semalam telah menumbangkan pohon ini, dan sungguh malang, aku yang lemah ini tertimpa pohon dan belum bisa bergerak dari semalam.. hu.. hu.. hu..". Monyet sungguh kasiha melihat keadaan Buaya, kemudian Monyet berinisiatif meanggil temannya, si Kerbau. Monyet berkata pada Buaya, "Teman, kamu tunggu sebentar yah.. aku akan meanggil pertolongan, mudah-mudahan Kerbau sedang tidak sibuk dan bisa membantu kesusahanmu". Sejurus kemudian, datanglah si Monyet bersama dengan Kerbau. Sama halnya dengan Monyet, Kerbau terkejut melihat keadaan si Buaya yang terhimpit pohon tumbang. Setelah melihat kondisi Buaya beberapa saat, dan Buaya pun hanya diam dengan sisa tetes air matanya. Kerbau melangkah dan mulai mengambil ancang-ancang untuk mengangkat pohon tumbang yang menghimpit Buaya.
"Uggghhhh.." Begitu suara Kerbau yang mengangkat pohon tumbang dengan sekuat tenaga menggunakan tanduknya yang kokoh.
Beberapa saat kemudian, pohon pun bergeser dari atas tubuh Buaya, sedangkan Buaya yang sudah kehabisan, hanya bisa tersenyum lemas karena di bantu oleh temannya, Monyet dan Kerbau. Buaya mulai membuka pembicaraan, "terima kasih sahabat, tanpa kalian semua, mungkin aku sudah mati tertindih pohon besar ini.. aaah, dadaku masih sesak, sulit sekali rasanya untuk bisa bernafas dengan lega seperti biasa". Monyet dan Kerbau hanya bisa tersenyum melihat sahabatnya si Buaya bisa tersenyum kembali seperti sedia kala.
Begitu lah kehidupan di hutan rimba, semua binatang bisa saling membantu dan juga saling mengisi. Jika dianara mereka ada yang kesusahan, maka binatang lain dengan sigap akan membantu. Tanpa curiga.. tanpa berburuk sangka..
Suatu hari, buaya tertindih pohon tumbang. Yah, semalam terjadi badai dan buaya yang sedang berlindung di bawah pohon mengalami sial yang tidak bisa disangka. Pohon tersebut tumbang terkena badai dan menindih tubuh buaya. Semalaman buaya berusaha untuk terlepas dari himpitan pohon, tetapi sungguh malang, pohon hanya bergeser sedikit dan tubuh buaya tetap terhimpit.
Buaya yang dikenal sebagai binatang yang ramah dan murah senyum, kini berubah menjadi makhluk yang murung dan menyedihkan. Semalaman Buaya menagis, apa daya.. tidak ada yang mendengarkan tangisannya.
Keesokan harinya, Monyet mendatanginya dan betapa terkejtnya monyet melihat kondisi Buaya yang lemas karena terhimpit pohon tumbang. Monyet berkata, "buaya, apa yang terjadi denganmu..?". Buaya pun menjawab, "badai semalam telah menumbangkan pohon ini, dan sungguh malang, aku yang lemah ini tertimpa pohon dan belum bisa bergerak dari semalam.. hu.. hu.. hu..". Monyet sungguh kasiha melihat keadaan Buaya, kemudian Monyet berinisiatif meanggil temannya, si Kerbau. Monyet berkata pada Buaya, "Teman, kamu tunggu sebentar yah.. aku akan meanggil pertolongan, mudah-mudahan Kerbau sedang tidak sibuk dan bisa membantu kesusahanmu". Sejurus kemudian, datanglah si Monyet bersama dengan Kerbau. Sama halnya dengan Monyet, Kerbau terkejut melihat keadaan si Buaya yang terhimpit pohon tumbang. Setelah melihat kondisi Buaya beberapa saat, dan Buaya pun hanya diam dengan sisa tetes air matanya. Kerbau melangkah dan mulai mengambil ancang-ancang untuk mengangkat pohon tumbang yang menghimpit Buaya.
"Uggghhhh.." Begitu suara Kerbau yang mengangkat pohon tumbang dengan sekuat tenaga menggunakan tanduknya yang kokoh.
Beberapa saat kemudian, pohon pun bergeser dari atas tubuh Buaya, sedangkan Buaya yang sudah kehabisan, hanya bisa tersenyum lemas karena di bantu oleh temannya, Monyet dan Kerbau. Buaya mulai membuka pembicaraan, "terima kasih sahabat, tanpa kalian semua, mungkin aku sudah mati tertindih pohon besar ini.. aaah, dadaku masih sesak, sulit sekali rasanya untuk bisa bernafas dengan lega seperti biasa". Monyet dan Kerbau hanya bisa tersenyum melihat sahabatnya si Buaya bisa tersenyum kembali seperti sedia kala.
Begitu lah kehidupan di hutan rimba, semua binatang bisa saling membantu dan juga saling mengisi. Jika dianara mereka ada yang kesusahan, maka binatang lain dengan sigap akan membantu. Tanpa curiga.. tanpa berburuk sangka..
Friday, December 14, 2018
Monyet Bijak Penasihat Raja Hutan
Monyet dalam keluarga primata merupakan binatang yang paling dekat silsilahnya dengan manusia. Tetapi tetap saja, monyet dan manusia merupakan spesies yang berbeda. Kita lupakan dulu silsilah monyet dalam keluarga primata, mari kita ikuti dongeng tentang monyet berikut.
Al kisah, di dalam hutan rimba raya, terdapat seekor monyet yang bijaksana. Monyet bijaksana tersebut bernama Arthur. Karena Arthur dikenal sebagai binatang yang bijak, Raja hutan pun tertarik untuk menjadikannya sebagai salah satu penasihat Raja Hutan.
Suatu ketika, terjadi keributan di hutan rimba terkait perebutan daerah kekuasaan. Raja Penyu berencana untuk memisahkan diri dari kerajaan rimba raya. Tentu ada beberapa hal yang mendasar, kesenjangan ekonomi antara pusat kerajaan dan daerah-daerah di perbatasan, keterbatasan akses pendidikan dan kesehatan, kemiskinan, dan sebagainya. Raja Penyu merasa tidak diperhatikan oleh Raja Hutan, sehingga Kerajaan Penyu sendiri berencana memisahkan diri dari Kerajaan Rimba Raya. Hmmmm, sungguh kondisi yang amat pelik dan dibutuhkan penyelesaian yang bijak juga. Kerajaan Penyu yang merupakan bagian dari kerajaan Rimba Raya secara keseluruhan harus ditenangkan.
Kemudian diadakan musyawarah terbatas yang dihadiri oleh seluruh perwakilan kerajaan di hutan, seperti perwakilan dari Kodok, Monyet, Kuda, Rusa, Ular, Jerapah, dan juga perwakilan dari kerajaan Penyu. Di dalam musyawarah terbatas tersebut, Kerajaan Penyu dengan keras menyatakan ingin memisahkan diri dari Kerajaan Rimba Raya dan tidak ingin lagi ada urusan dengan Raja Hutan. Seluruh binatang pun menjadi heboh, dan hal tersebut memang tidak pantas dilakukan. Ada baiknya semua permasalahan dapat diselesaikan dengan baik dan bijak.
Dalam kehati-hatiannya, kemudian Raja Hutan berkata kepada Arthur si monyet bijak, "Arthur, bagaimana pendapatmu tentang masalah ini..?", lalu Arthur coba berpikir keras dengan tetap mempertimbangkan kesatuan dan persatuan sesama binatang di Kerajaan Rimba Raya. Kemudian Arthur menyampaikan pendapatnya, "Tuanku Baginda Raja, hamba yang lemah ini akan mencoba memberikan masukan.. Keinginan Kerajaan Penyu untuk memisahkan diri mungkin bukan akibat yang tiba-tiba, tetapi merupakan akumulasi permasalahan yang ada di Kerajaan Penyu. Kita pun sama paham, bagaimana kerajaan penyu letaknya sangat jauh dari pusat kerajaan, berada di kawasan mangrove dan juga kawasan pesisir. Walau pun komunikasi antara pusat kerajaan dengan wilayah kerajaan penyu cukup sulit, tetapi adalah kewajiban kerajaan Rimba Raya untuk menjamin kesejahteraan setiap wilayah dan juga rakyat yang berada di dalamnya".
Seluruh peserta musyawarah mendengarkan penjelasan Arthur si monyet dengan seksama, kemudian Arthur melanjutkan penjelasannya, "pemerataan ekonomi akan sulit dicapai, jika aksesibilitas tidak diperbaiki, dan para penyu akan tetap merasa dikucilkan jika kesenjangan ini tidak segera diatasi atau bahkan dibiarkan berlarut-larut layaknya benang kusut. Pembangunan di kawasan mangrove dan pesisir yang merupakan wilayah Kerajaan Penyu harus diperhatikan, dan agar mereka siap dengan pembangunan di wilayah mereka, kita siapkan juga anak-anak mereka agar mengenyam pendidikan yang layak. Karena jika mereka pintar dan cerdas, maka mereka akan bisa mengelola potensi Kerajaan Penyu dengan tanpa merasa dikucilkan".
Jerapah memberikan komentarnya, "tetapi, jika mereka pintar dan cerdas, bukankah mereka akan semakin kuat keinginan untuk meredeka dan memisahkan diri dari Kerajaan Rimba Raya..?". Setelah memandang Raja Hutan, Arthur melanjutkan penjelasannya, "Saya harap tidak, karena kita bangsa binatang adalah bangsa yang selalu mampu membalas budi dan juga membalas jasa kepada siapa saja yang memberikan kebaikan kepada kita, mari kita menjaga persatuan dan kesatuan Kerajaan Rimba Raya secara utuh, karena Kesatuan Kerajaan Rimba Raya merupakan harga mati dan tidak bisa ditawar-tawar lagi". Beberapa binatang yang menghadiri musyawarah saling pandang, dan mengangguk pertanda setuju dengan penjelasan Arthur.
Yah, kelaparan, kemiskinan dan ketidak adilan saja yang sering menjadikan setiap individu merasa perlu untuk bertindak. Semoga menjadi pelajaran untuk kita semua, perbedaan selalu ada tetapi mari kita utamakan persatuan antara sesama kita.
Thursday, December 13, 2018
Rambo si Kodok Jagoan
Di hutan terdapat seekor Kodok yang pemberani. Dia selalu membela teman-temannya, dan selalu siap untuk membantu temannya yang kesusahan. Kodok jagoan ini bernama Rambo. Ha.. ha.. ha.. seperti judul film holywood saja.
Rambo bekerja sebagai sekuriti di sebuah pusat pembelanjaan di hutan. Suatu hari, terjadi keributan kecil di hutan. Penyebabnya hanya urusan sepele, yaitu tentang mengantri di loket pembayaran karcis bioskop. Seekor katak yang sedang mengantri bersitegang dengan orang yang ada di belakangnya. Sedangkan Rambo, masih mengamati dari kejauhan.
Katak yang ada di barisan depan berkata, "hei, kalau lagi antri yang rapi dong, ini kenapa ada dua antrian, loket pembayarannya kan hanya satu..?", sedangkan Katak yang ada di belakangnya berkata, "sudah lah, semua kita juga bayar, nggak usah sok jagoan". Keributan pun mulai memuncak saat terjadi dorong-dorongan sesama pengantri tiket. Rambo hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah para Kodok yang tidak bisa tertib dalam mengantri. Koq seperti di dunia manusia yang sering rebutan nasi bungkus, ah.. entah lah, itu urgensinya apa berebut nasi bungkus..! Mungkin tidak ada pengaturan dari panitia, sehingga terjadi ricuh dan saling serobot. Tetapi, ini kan antrian di hutan rimba, di dunia binatang, kenapa harus meniru gaya manusia yang tidak bisa tertib.
Kemudian Rambo berdiri dan mendekati antrian yang sedang saling dorong tersebut, kemudian Rambo berkata, "hei, kalian ini sedang apa, kalau antri satu-satu dan tertib, kan semua bisa beli tiket dengan tertib". Diingatkan begitu, ada saja yang nyinyir, "dan kamu siapa, koq sok ngatur segala, urus saja urusanmu sendiri, jangan sok hebat di sini". Sejurus kemudian, Rambo menggebrak meja dan terdengar lah suara yang keras, Braaaak... lalu Rambo berkata, "yang tidak bisa tertib, keluar barisan, yang masih tidak terima, sini.. berhadapan dengan saya, mulut koq nggak bisa santun kalau bicara, minta dihajar juga kalian semua.. mau maju bareng, keroyokan, sini.. aku ladenin.." Rambo dengan postur tubuhnya yang berotot membuat nyali kodok lain pun menjadi ciut. Tidak ada lagi yang berani membantah atau pun menyahut ucapan Rambo si Kodok Jagoan yang sedang marah.
Kerumunan kodok itu kemudian terdiam seribu bahasa, kemudian mulai lah mereka satu per satu melakukan pengaturan barisan dengan tertib. Lalu Rambo berjalan ke loket penjualan tiket, dan menggebrak kaca penjual tiket, "hei, kamu itu mau kerja atau mau tidur, lama sekali melayani pelanggan". Beberapa saat kemudian, keluar lah seekor kodok petugas penjual tiket dan berkata, "maaf boss Rambo, sedang dilakukan pergantian petugas, sehingga beberapa teman harus menjelaskan kondisi terakhir terkait penjualan tiket". Begitu petugas tiket coba menjelaskan. Rambo hanya bisa menggelengkan kepala, bagaimana bisa jadwal pertunjukan sudah jelas, jadwal buka bioskop pun sudah diatur, dan kenapa petugas tiket bekerja dengan teledor begini. Hmmmm, bagaimana bisa para binatang di hutan mengikuti gaya telat dan ngaret para manusia, suka ribut di sosmed ala pembela capres, atau apalah itu namanya pakai sebut-sebut kampret dan cebong. Kita ini binatang, hidup dengan bermartabat, jangan suka ikut-ikutan manusia yang tidak bisa tertib. Yang gegara nasi bungkus saja bisa ribut dan teriak-teriak, "kami lapaaar".. sungguh dunia manusia, dunia yang aneh dan penuh kepalsuan.
Rambo bekerja sebagai sekuriti di sebuah pusat pembelanjaan di hutan. Suatu hari, terjadi keributan kecil di hutan. Penyebabnya hanya urusan sepele, yaitu tentang mengantri di loket pembayaran karcis bioskop. Seekor katak yang sedang mengantri bersitegang dengan orang yang ada di belakangnya. Sedangkan Rambo, masih mengamati dari kejauhan.
Katak yang ada di barisan depan berkata, "hei, kalau lagi antri yang rapi dong, ini kenapa ada dua antrian, loket pembayarannya kan hanya satu..?", sedangkan Katak yang ada di belakangnya berkata, "sudah lah, semua kita juga bayar, nggak usah sok jagoan". Keributan pun mulai memuncak saat terjadi dorong-dorongan sesama pengantri tiket. Rambo hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah para Kodok yang tidak bisa tertib dalam mengantri. Koq seperti di dunia manusia yang sering rebutan nasi bungkus, ah.. entah lah, itu urgensinya apa berebut nasi bungkus..! Mungkin tidak ada pengaturan dari panitia, sehingga terjadi ricuh dan saling serobot. Tetapi, ini kan antrian di hutan rimba, di dunia binatang, kenapa harus meniru gaya manusia yang tidak bisa tertib.
Kemudian Rambo berdiri dan mendekati antrian yang sedang saling dorong tersebut, kemudian Rambo berkata, "hei, kalian ini sedang apa, kalau antri satu-satu dan tertib, kan semua bisa beli tiket dengan tertib". Diingatkan begitu, ada saja yang nyinyir, "dan kamu siapa, koq sok ngatur segala, urus saja urusanmu sendiri, jangan sok hebat di sini". Sejurus kemudian, Rambo menggebrak meja dan terdengar lah suara yang keras, Braaaak... lalu Rambo berkata, "yang tidak bisa tertib, keluar barisan, yang masih tidak terima, sini.. berhadapan dengan saya, mulut koq nggak bisa santun kalau bicara, minta dihajar juga kalian semua.. mau maju bareng, keroyokan, sini.. aku ladenin.." Rambo dengan postur tubuhnya yang berotot membuat nyali kodok lain pun menjadi ciut. Tidak ada lagi yang berani membantah atau pun menyahut ucapan Rambo si Kodok Jagoan yang sedang marah.
Kerumunan kodok itu kemudian terdiam seribu bahasa, kemudian mulai lah mereka satu per satu melakukan pengaturan barisan dengan tertib. Lalu Rambo berjalan ke loket penjualan tiket, dan menggebrak kaca penjual tiket, "hei, kamu itu mau kerja atau mau tidur, lama sekali melayani pelanggan". Beberapa saat kemudian, keluar lah seekor kodok petugas penjual tiket dan berkata, "maaf boss Rambo, sedang dilakukan pergantian petugas, sehingga beberapa teman harus menjelaskan kondisi terakhir terkait penjualan tiket". Begitu petugas tiket coba menjelaskan. Rambo hanya bisa menggelengkan kepala, bagaimana bisa jadwal pertunjukan sudah jelas, jadwal buka bioskop pun sudah diatur, dan kenapa petugas tiket bekerja dengan teledor begini. Hmmmm, bagaimana bisa para binatang di hutan mengikuti gaya telat dan ngaret para manusia, suka ribut di sosmed ala pembela capres, atau apalah itu namanya pakai sebut-sebut kampret dan cebong. Kita ini binatang, hidup dengan bermartabat, jangan suka ikut-ikutan manusia yang tidak bisa tertib. Yang gegara nasi bungkus saja bisa ribut dan teriak-teriak, "kami lapaaar".. sungguh dunia manusia, dunia yang aneh dan penuh kepalsuan.
Monday, December 10, 2018
Dori, teman yang baik
Dia adalah Dori si Kodok Ceria. Dori paling suka bernyanyi dan suaranya pun merdu. Tentang persahabantan dengan teman sesama Kodok, tidak diragukan lagi, karena Dori adalah teman yang sangat baik dan disukai pula oleh teman-temannya sesama Kodok. Tidak hanya itu, Dori pun berteman dengan binatang lain di hutan seperti Monyet, Kancil, Gajah dan banyak lagi.
Pada suatu malam, disaat Dori sedang asyik bernyanyi, Dori mendengarkan sayup-sayup suara langkah kaki binatang yang mendekatinya. Dori yang sedang berada di atas bunga daun teratai yang lebar dengan mudah mengetahui kehadiran binatang tersebut. Karena getaran dari permukaan air yang merambat hingga sampai ke daun tempat Dori sedang berada. Kemudian, Dori menghentikan nyanyiannya dan mulai mengamati, siapakah binatang yangsedang mendekatinya.
Alangkah terkejutnya si Dori, ternyata yang sedang berjalan pelan-pelan ke arahnya adalah George si monyet. Dori menyapa si George, "kenapa wajahmu jutek begitu George, malam-malam begini keluyuran, nggak dicariin sama orang tua mu..?", begitu tanya si Dori. George menjawab dengan lesu, "lagi bete nih, boring time.. mau tidur koq nggak bisa tidur, ya sudah.. jalan-jalan saja ke danau, ngobrol dengan mu".
Kemudian, Dori mengungkapkan beberapa rahasia tentang dirinya, Dori berkata, "George, kamu tahu nggak, dulu aku pengen jadi pilot.. tapi apa daya, ternyata aku takut ketinggian, memanjat pohon saja aku tidak berani". George tersenyum, lalu berkata, "Aku dulu mau jadi dokter, tapi ternyata aku takut lihat darah". Kemudian semalaman mereka pun cerita ke sana dan kemari, mengalir saja, sambil begadang, tidak tidur semalaman. Menjelang pagi, George mengatakan bahwa, salah satu penyebab dia tidak bisa tidur adalah, karena George sedang sedih, teringat ibunya yang sudah lama meninggal dunia. Dori pun menghiburnya, "sudah lah, jangan terlalu bersedih... bagaimana kalau kita lomba loncat di atas daun teratai saja..?". George terdiam sejenak, lalu berkata, "yah, aku mana bisa berjalan di atas teratai, aku kan berat, bagaimana kalau lomba memanjat pohon..?", kali ini Dori yang tidak bisa menerima usulan George, "waaaah, aku mana bisa memanjat pohon, aku kan bisanya meloncat".
Beberapa saat kemudian, pagi pun menjelang, sinar mentari mulai menampakkan diri dan menyinari seluruh kawasan hutan dengan perlahan. George pun ingin pulang ke rumahnya, dan berkata pada Dori, "sudah dullu yah, aku pulang dulu". Dori mendatangi George dan menepuk pundaknya, "George, jangan sedih lagi ya, tersenyum lah, mari menatap masa depan dengan semangat, karena ibu mu pasti bangga dengan kamu, jika kamu tetap semangat dalam hidup ini... jangan sedih melulu". George menganggukkan kepalanya, "terima kasih ya bro, kamu memang teman yang baik, senang bisa mengenal kamu dan menjadi temanmu". Dan, George pun pulang ke rumahnya dengan menghapus segala duka yang lagi menyelimuti hatinya. "Semoga ibu tenang di alam sana, aku sayang ibu"...
Pada suatu malam, disaat Dori sedang asyik bernyanyi, Dori mendengarkan sayup-sayup suara langkah kaki binatang yang mendekatinya. Dori yang sedang berada di atas bunga daun teratai yang lebar dengan mudah mengetahui kehadiran binatang tersebut. Karena getaran dari permukaan air yang merambat hingga sampai ke daun tempat Dori sedang berada. Kemudian, Dori menghentikan nyanyiannya dan mulai mengamati, siapakah binatang yangsedang mendekatinya.
Alangkah terkejutnya si Dori, ternyata yang sedang berjalan pelan-pelan ke arahnya adalah George si monyet. Dori menyapa si George, "kenapa wajahmu jutek begitu George, malam-malam begini keluyuran, nggak dicariin sama orang tua mu..?", begitu tanya si Dori. George menjawab dengan lesu, "lagi bete nih, boring time.. mau tidur koq nggak bisa tidur, ya sudah.. jalan-jalan saja ke danau, ngobrol dengan mu".
Kemudian, Dori mengungkapkan beberapa rahasia tentang dirinya, Dori berkata, "George, kamu tahu nggak, dulu aku pengen jadi pilot.. tapi apa daya, ternyata aku takut ketinggian, memanjat pohon saja aku tidak berani". George tersenyum, lalu berkata, "Aku dulu mau jadi dokter, tapi ternyata aku takut lihat darah". Kemudian semalaman mereka pun cerita ke sana dan kemari, mengalir saja, sambil begadang, tidak tidur semalaman. Menjelang pagi, George mengatakan bahwa, salah satu penyebab dia tidak bisa tidur adalah, karena George sedang sedih, teringat ibunya yang sudah lama meninggal dunia. Dori pun menghiburnya, "sudah lah, jangan terlalu bersedih... bagaimana kalau kita lomba loncat di atas daun teratai saja..?". George terdiam sejenak, lalu berkata, "yah, aku mana bisa berjalan di atas teratai, aku kan berat, bagaimana kalau lomba memanjat pohon..?", kali ini Dori yang tidak bisa menerima usulan George, "waaaah, aku mana bisa memanjat pohon, aku kan bisanya meloncat".
Beberapa saat kemudian, pagi pun menjelang, sinar mentari mulai menampakkan diri dan menyinari seluruh kawasan hutan dengan perlahan. George pun ingin pulang ke rumahnya, dan berkata pada Dori, "sudah dullu yah, aku pulang dulu". Dori mendatangi George dan menepuk pundaknya, "George, jangan sedih lagi ya, tersenyum lah, mari menatap masa depan dengan semangat, karena ibu mu pasti bangga dengan kamu, jika kamu tetap semangat dalam hidup ini... jangan sedih melulu". George menganggukkan kepalanya, "terima kasih ya bro, kamu memang teman yang baik, senang bisa mengenal kamu dan menjadi temanmu". Dan, George pun pulang ke rumahnya dengan menghapus segala duka yang lagi menyelimuti hatinya. "Semoga ibu tenang di alam sana, aku sayang ibu"...
Gajah pandai berenang
Gajah tapi jago renang..? Ini bukan lelucon, tapi memang demikian adanya. Gajah menggunakan belalainya sebagai alat bantu pernafasan selama gajah berenang di sungai atau bahkan berenang di laut. Waaaah, berani sekali ya.. tepat sekali, Gajah terkadang menyeberangi sungai dan menyegarkan diri dalam danau yang dalam tanpa takut tenggelam.
Dengan kemampuannya berenang, gajah bisa berenang sambil mendinginkan suhu tubuhnya serta mandi di dalam sungai. Waaaah, sekali dayung tiga pulau terlewati yah.. begitu lah peri bahasa berbunyi. Em bagaimana dengan kalian..? Kalian suka berenang kaaaan..? Tetapi, apakah kalian bisa berenang seperti Gajah yang mahir berenang..? Yuk belajar berenang, jangan kalah sama gajah, walau pun badannya besar tetapi gajah sangat pandai berenang, di sungai, di danau, bahkan di laut. Hebat sekali yah, jadi pengen berenang juga deh.
Walau pun terkadang, anka gajah tidak suka mandi pagi karena dinginnya suhu pada pagi hari. Namun demikian, Gajah sangat suka berenang-renang secara bergerombol dengan kawanan dan kelompok gajah lainnya. Sehingga, walau pun takut dengan dinginnya air, anak-anak gajah akan tetap mandi di sungai.
Dengan kemampuannya berenang, gajah bisa berenang sambil mendinginkan suhu tubuhnya serta mandi di dalam sungai. Waaaah, sekali dayung tiga pulau terlewati yah.. begitu lah peri bahasa berbunyi. Em bagaimana dengan kalian..? Kalian suka berenang kaaaan..? Tetapi, apakah kalian bisa berenang seperti Gajah yang mahir berenang..? Yuk belajar berenang, jangan kalah sama gajah, walau pun badannya besar tetapi gajah sangat pandai berenang, di sungai, di danau, bahkan di laut. Hebat sekali yah, jadi pengen berenang juga deh.
Walau pun terkadang, anka gajah tidak suka mandi pagi karena dinginnya suhu pada pagi hari. Namun demikian, Gajah sangat suka berenang-renang secara bergerombol dengan kawanan dan kelompok gajah lainnya. Sehingga, walau pun takut dengan dinginnya air, anak-anak gajah akan tetap mandi di sungai.
Ringgo, Gajah Pemarah
Dia bernama Ringgo, kerjanya hanya marah. Entah karena masalah sepele sekali pun si Ringgo Gajah akan marah jika hal tersebut tidak mengenakkan hatinya.
Suatu hari, diadakan perlombaan lari antar semua binatang di dalam hutan. Perlombaan ini dibagi ke dalam beberapa kategori berdasarkan berat badan dan juga ukuran binatang. Yang menarik adalah perlombaan lari antara kelinci dan kura-kura. Sontak saja Ringgo mencibir kelinci dan juga kura-kura. Yah, keduanya mendapatkan cibiran, Ringgo berkata kepada kelinci, “Kelinci, kalau cari musuh yang seimbang dong, kamu kan larinya kencang, pilih musuh koq kura-kura, nggak sekalian siput sawah saja kamu ajak bertanding lari.. ha.. ha.. ha”. Sedangkan untuk kura-kura, Ringgo berkata, “Kura-kura, kamu itu jalannya pelan, mana mungkin menang melawan kelinci yang larinya secepat kilat. Kamu hanya bisa menang kalau lomba lari melawan batu kali.. ha.. ha.. ha”.
Begitulah Ringgo si Gajah Pemarah dan juga suka mengkritik. Semua binatang di hutan rimba tidak akan luput dari kritikan pedas Ringgo si gajah. Sampai-sampai, beberapa binatang enggan bertegur sapa dengannya. Karena salah-salah, walau pun hanya menyapa, pasti dimarahi dan dikritiknya juga.
Suatu ketika saat terjadi musim kemarau panjang, Ringgo keluar dari rumahnya dengan wajah marah. Sembari menggerutu, Ringgo mengucapkan sumpah serapahnya kepada alam, “Hei langit, kenapa kau tak kunjung hujan, hei sungai.. kenapa kau mulai kering dan aliranmu tidak sederas biasanya, dasar kalian keparat semuanya”. Padahal, dengan mengucapkan sumpah serapah begitu, hujan pun tidak akan turun, begitu juga dengan sungai, tidak tiba-tiba mengalirkan derasnya air sungai yang jernih lagi segar. Binatang-binatang lainnya hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat ulah Ringgo si gajah pemarah.
Suatu hari, nasib buruk menimpa Ringgo si gajah. Dia terperosok ke dalam lubang jebakan pemburu. Badannya yang besar membuat dirinya sulit untuk bergerak dan keluar dari lubang tersebut. Mulai lah Ringgo berteriak-teriak minta bantuan.
Kelinci datang melihat keadaan Ringgo yang terjebak di dalam lubang. Ringgo berkata pada kelinci, “Hei, kelinci.. ayo sini, bantu aku keluar… aku terjebak di sini”. Begitu rengek Ringgo minta bantuan kelinci. Tetapi apa daya, kelinci hanya lah seekor kelinci. Badannya kecil dan tak akan sanggup mengangkat tubuh Ringgo yang sangat besar tersebut. “Ringgo, kamu kan tau kalau aku ini hanya seekor kelinci, mana bisa aku mengangkat tubuhmu yang besar itu”. Tiba-tiba Ringgo pun marah dengan ucapan kelinci, Ringgo mulai marah dan membentak si kelinci, “kamu kalau tidak bisa bantu, jangan di sini, pergi sana yang jauh, sakit mataku melihat kamu yang hanya mondar-mandir tapi tidak menolong”. Kelinci sungguh kesal dengan ucapan Ringgo, kemudian kelinci membalikkan badan dan buang air besar ke dalam lubang tempat Ringgo terperangkap, sambil berkata, “Ringgo, nih aku kasih kotoranku, siapa tau bisa bermanfaat untuk menyembuhkan otakmu yang selalu marah-marah itu”. Kemudian kelinci pun pergi meninggalkan Ringgo yang semakin marah akibat ulah kelinci yang berak di dalam lubang tempatnya terperangkap. Ringgo teriak keras, “sialan kau kelinci, awas kalau aku bisa keluar dari lubang ini, akan aku injak sampai kau lumat rata dengan tanah”.
Sunyi senyap, tidak ada binatang yang mau mendekati Ringgo si gajah. Dalam hatinya, Ringgo berkata, “ah, kemana semua binatang, mengapa tidak ada satu pun binatang yang peduli denganku”. Pada akhirnya, para pemburu datang dan melihat ada gajah yang terperangkap di dalam lubang jebakan yang mereka buat.
Para pemburu itu pun tertawa-tawa dengan riangnya, seorang pemburu berkata, “ah lumayan, kita dapat gajah, gadingnya mahal jika kita jual, tubuhnya kita biarkan saja membusuk di dalam lubang ini”. Mendengar ucapan si pemburu, Ringgo sungguh sangat kebingungan, berteriak-teriak minta tolong kepada seluruh isi hutan rimba, tetapi sayang sekali, tiada satu binatang pun yang mau membantunya, hingga akhirnya terdengat suara keras menggelegar… dooooor… seorang pemburu menembakkan senapan pemburunya untuk membunuh Ringgo si gajah.
Berakhir sudah riwayat Ringgo si gajah pemarah, tanpa seekor binatang pun yang peduli dengannya.
Suatu hari, diadakan perlombaan lari antar semua binatang di dalam hutan. Perlombaan ini dibagi ke dalam beberapa kategori berdasarkan berat badan dan juga ukuran binatang. Yang menarik adalah perlombaan lari antara kelinci dan kura-kura. Sontak saja Ringgo mencibir kelinci dan juga kura-kura. Yah, keduanya mendapatkan cibiran, Ringgo berkata kepada kelinci, “Kelinci, kalau cari musuh yang seimbang dong, kamu kan larinya kencang, pilih musuh koq kura-kura, nggak sekalian siput sawah saja kamu ajak bertanding lari.. ha.. ha.. ha”. Sedangkan untuk kura-kura, Ringgo berkata, “Kura-kura, kamu itu jalannya pelan, mana mungkin menang melawan kelinci yang larinya secepat kilat. Kamu hanya bisa menang kalau lomba lari melawan batu kali.. ha.. ha.. ha”.
Begitulah Ringgo si Gajah Pemarah dan juga suka mengkritik. Semua binatang di hutan rimba tidak akan luput dari kritikan pedas Ringgo si gajah. Sampai-sampai, beberapa binatang enggan bertegur sapa dengannya. Karena salah-salah, walau pun hanya menyapa, pasti dimarahi dan dikritiknya juga.
Suatu ketika saat terjadi musim kemarau panjang, Ringgo keluar dari rumahnya dengan wajah marah. Sembari menggerutu, Ringgo mengucapkan sumpah serapahnya kepada alam, “Hei langit, kenapa kau tak kunjung hujan, hei sungai.. kenapa kau mulai kering dan aliranmu tidak sederas biasanya, dasar kalian keparat semuanya”. Padahal, dengan mengucapkan sumpah serapah begitu, hujan pun tidak akan turun, begitu juga dengan sungai, tidak tiba-tiba mengalirkan derasnya air sungai yang jernih lagi segar. Binatang-binatang lainnya hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat ulah Ringgo si gajah pemarah.
Suatu hari, nasib buruk menimpa Ringgo si gajah. Dia terperosok ke dalam lubang jebakan pemburu. Badannya yang besar membuat dirinya sulit untuk bergerak dan keluar dari lubang tersebut. Mulai lah Ringgo berteriak-teriak minta bantuan.
Kelinci datang melihat keadaan Ringgo yang terjebak di dalam lubang. Ringgo berkata pada kelinci, “Hei, kelinci.. ayo sini, bantu aku keluar… aku terjebak di sini”. Begitu rengek Ringgo minta bantuan kelinci. Tetapi apa daya, kelinci hanya lah seekor kelinci. Badannya kecil dan tak akan sanggup mengangkat tubuh Ringgo yang sangat besar tersebut. “Ringgo, kamu kan tau kalau aku ini hanya seekor kelinci, mana bisa aku mengangkat tubuhmu yang besar itu”. Tiba-tiba Ringgo pun marah dengan ucapan kelinci, Ringgo mulai marah dan membentak si kelinci, “kamu kalau tidak bisa bantu, jangan di sini, pergi sana yang jauh, sakit mataku melihat kamu yang hanya mondar-mandir tapi tidak menolong”. Kelinci sungguh kesal dengan ucapan Ringgo, kemudian kelinci membalikkan badan dan buang air besar ke dalam lubang tempat Ringgo terperangkap, sambil berkata, “Ringgo, nih aku kasih kotoranku, siapa tau bisa bermanfaat untuk menyembuhkan otakmu yang selalu marah-marah itu”. Kemudian kelinci pun pergi meninggalkan Ringgo yang semakin marah akibat ulah kelinci yang berak di dalam lubang tempatnya terperangkap. Ringgo teriak keras, “sialan kau kelinci, awas kalau aku bisa keluar dari lubang ini, akan aku injak sampai kau lumat rata dengan tanah”.
Sunyi senyap, tidak ada binatang yang mau mendekati Ringgo si gajah. Dalam hatinya, Ringgo berkata, “ah, kemana semua binatang, mengapa tidak ada satu pun binatang yang peduli denganku”. Pada akhirnya, para pemburu datang dan melihat ada gajah yang terperangkap di dalam lubang jebakan yang mereka buat.
Para pemburu itu pun tertawa-tawa dengan riangnya, seorang pemburu berkata, “ah lumayan, kita dapat gajah, gadingnya mahal jika kita jual, tubuhnya kita biarkan saja membusuk di dalam lubang ini”. Mendengar ucapan si pemburu, Ringgo sungguh sangat kebingungan, berteriak-teriak minta tolong kepada seluruh isi hutan rimba, tetapi sayang sekali, tiada satu binatang pun yang mau membantunya, hingga akhirnya terdengat suara keras menggelegar… dooooor… seorang pemburu menembakkan senapan pemburunya untuk membunuh Ringgo si gajah.
Berakhir sudah riwayat Ringgo si gajah pemarah, tanpa seekor binatang pun yang peduli dengannya.
Katak dan Kunang-kunang
Malam itu di danau tenang hutan, suasana sungguh sunyi. Hanya terdengar nyanyian katak yang silih berganti, saling bersahutan, memecah keheningan malam di hutan rimba. Suasana sunyi nan syahdu itu semakin indah saat beberapa kunang-kunang datang dengan cahayanya yang kerlap kerlip layaknya bintang-gemintang yang menghiasi angkasa.
Seekor kunang-kunang menyapa sang katak dengan ramah, "selamat malam katak, nyanyianmu sungguh merdu". Tetapi sang katak yang diajak bicara tetap bernyanyi riang tanpa perduli dengan sapaan kunang-kunang. Hmmmm, kunang-kunang hanya bisa menghela nafas saat sapaannya tidak digubris oleh sang katak. Kunang-kunang lainnya berkata, "yah begitu itu, mereka terlalu sombong, padahal mereka bisa saja sekedar menjawab sapaan ramah-tamah kita dengan singkat, tetapi mereka terlalu sombong untuk menjawab sapaan makhluk kecil seperti kita. Sudah lah, mari kita nikmati malam ini dengan selalu bahagia". Pekatnya malam pun berlalu, dengan nyanyian katak yang silih berganti saling bersahutan, dan merdunya nyanyian katak semakin sempurna dengan temaram sinar kunang-kunang yang terbang kesana kemarin di atas permukaan danau.
Akan tetapi, suatu ketika terjadi kejahatan hutan yang tidak bisa dimaafkan. Sebuah tragedi, yang diakibatkan oleh keangkuhan dan kesombongan si katak. Sebagaimana malam-malam yang berlalu silih berganti, nyanyian katak yang silih berganti serta kelap kelip kunang-kunang selalu mampu menyempurnakan suasana danau di dalam hutan rimba. Kali itu, ternoda akibat arogansi si katak. Terdengar kabar tentang keindahan makhluk malam, siapa yang paling baik, siapa yang paling pantas disebut sebagai keindahan malam (?)
Sebenarnya sebutan-sebutan paling indah dan sejenisnya tidak perlu dilakukan di dunia binatang, tidak ada yang harus diperebutkan dan diperjuangkan untuk sebuah status lalu disebut paling indah. Karena dunia binatang tidak lah seperti dunia manusia yang selalu rebutan akan status 'paling' dan mengungguli lainnya.
Seekor katak berkata di depan sekumpulan katak lainnya, "siapa yang paling pantas disebut paling indah di malam hari..? tentu saja katak, apalah artinya malam tanpa nyanyian kita yang merdu, bukan kah begitu teman semua..?", ucapan katak disambut sorak gembira katak-katak lainnya. Tetapi seekor katak yang masih muda berkata, "tapi sobat, para binatang di hutan ini sedang membandingkan merdunya suara kita dan indahnya pancaran cahaya kunang-kunang di malam hari, saya rasa.. kunang-kuang pun pantas disebut sebagai keindahan malam di belantara". Hmmmm, ucapan si katak belia tersebut membuat marah katak-katak dewasa, lalu seekor katak dewasa berkata, "tidaaaaak... tidak bisa, tidak ada yang boleh mendapatkan status paling indah di hutan ini pada malam hari, karena hanya katak saja yang pantas mendapatkan sebutan itu, wahai teman sekalian, agar kita menjadi satu-satunya makhluk paling indah di malam hari, besok malam, kita habisi semua kunang-kunang, kita jadikan santap malam kita.. bagaimana, setuju", ucapan katak dewasa disambut dengan gemuruh dan riuh ramai katak-katak lainnya sembari mengucapkan satu kata, "setujuuuuu..."
Malam pun menjelang, semua katak telah siaga di tempatnya masing-masing, sedangkan kunang-kunang tidak ada satu pun yang menyadari musibah besar yang akan menimpa mereka. Seperti malam-malam yang telah berlalu, para katak mulai melantunkan nyanyian malamnya, lalu mulai lah datang satu kunang-kunang, lalu dua kunang-kunang, tiga, empat, sepuluh, dua puluh, sampai dengan ratusan kunang-kunang mulai terbang kesana dan kemari sambil memancarkan cahayanya yang indah, tiba-tiba satu komando katak dewasa memecahkan suasana malam itu, dengan satu teriakan, "seraaaaaaaaang, santap semua kunang-kunang dari hutan belantara ini, agar hanya katak saja yang mendapatkan status makhluk malam paling indah". Teriakan katak dewasa telah mengubah malam itu menjadi malapetaka, tanpa ampun, katak-katak mulai menjulurkan lidahnya dan menangkap kunang-kunang yang tak berdaya lalu melahapnya. Tidak butuh waktu lama, ratusan kunang-kunang pun sirna, sedangkan beberapa kunang-kunang yang menyadari musibah tersebut melarikan diri ke tengah hutan dan meninggalkan danau untuk selamanya.
Yah, malam itu.. danau di hutan belantara hanya menyuguhkan nyanyian katak saja, tanpa kelebat cahaya kunang-kunang walau pun hanya seekor. Aaaah, hilang sudah keindahan sempurna di danau rimba raya pada malam hari, semua akibat keangkuhan katak yang tidak terima ada makhluk lain yang disebut paling indah selain diri mereka sendiri. Ingat, di hutan kita harus bisa hidup berdampingan dan saling mengisi, jangan egois dan mau menang sendiri.
Seekor kunang-kunang menyapa sang katak dengan ramah, "selamat malam katak, nyanyianmu sungguh merdu". Tetapi sang katak yang diajak bicara tetap bernyanyi riang tanpa perduli dengan sapaan kunang-kunang. Hmmmm, kunang-kunang hanya bisa menghela nafas saat sapaannya tidak digubris oleh sang katak. Kunang-kunang lainnya berkata, "yah begitu itu, mereka terlalu sombong, padahal mereka bisa saja sekedar menjawab sapaan ramah-tamah kita dengan singkat, tetapi mereka terlalu sombong untuk menjawab sapaan makhluk kecil seperti kita. Sudah lah, mari kita nikmati malam ini dengan selalu bahagia". Pekatnya malam pun berlalu, dengan nyanyian katak yang silih berganti saling bersahutan, dan merdunya nyanyian katak semakin sempurna dengan temaram sinar kunang-kunang yang terbang kesana kemarin di atas permukaan danau.
Akan tetapi, suatu ketika terjadi kejahatan hutan yang tidak bisa dimaafkan. Sebuah tragedi, yang diakibatkan oleh keangkuhan dan kesombongan si katak. Sebagaimana malam-malam yang berlalu silih berganti, nyanyian katak yang silih berganti serta kelap kelip kunang-kunang selalu mampu menyempurnakan suasana danau di dalam hutan rimba. Kali itu, ternoda akibat arogansi si katak. Terdengar kabar tentang keindahan makhluk malam, siapa yang paling baik, siapa yang paling pantas disebut sebagai keindahan malam (?)
Sebenarnya sebutan-sebutan paling indah dan sejenisnya tidak perlu dilakukan di dunia binatang, tidak ada yang harus diperebutkan dan diperjuangkan untuk sebuah status lalu disebut paling indah. Karena dunia binatang tidak lah seperti dunia manusia yang selalu rebutan akan status 'paling' dan mengungguli lainnya.
Seekor katak berkata di depan sekumpulan katak lainnya, "siapa yang paling pantas disebut paling indah di malam hari..? tentu saja katak, apalah artinya malam tanpa nyanyian kita yang merdu, bukan kah begitu teman semua..?", ucapan katak disambut sorak gembira katak-katak lainnya. Tetapi seekor katak yang masih muda berkata, "tapi sobat, para binatang di hutan ini sedang membandingkan merdunya suara kita dan indahnya pancaran cahaya kunang-kunang di malam hari, saya rasa.. kunang-kuang pun pantas disebut sebagai keindahan malam di belantara". Hmmmm, ucapan si katak belia tersebut membuat marah katak-katak dewasa, lalu seekor katak dewasa berkata, "tidaaaaak... tidak bisa, tidak ada yang boleh mendapatkan status paling indah di hutan ini pada malam hari, karena hanya katak saja yang pantas mendapatkan sebutan itu, wahai teman sekalian, agar kita menjadi satu-satunya makhluk paling indah di malam hari, besok malam, kita habisi semua kunang-kunang, kita jadikan santap malam kita.. bagaimana, setuju", ucapan katak dewasa disambut dengan gemuruh dan riuh ramai katak-katak lainnya sembari mengucapkan satu kata, "setujuuuuu..."
Malam pun menjelang, semua katak telah siaga di tempatnya masing-masing, sedangkan kunang-kunang tidak ada satu pun yang menyadari musibah besar yang akan menimpa mereka. Seperti malam-malam yang telah berlalu, para katak mulai melantunkan nyanyian malamnya, lalu mulai lah datang satu kunang-kunang, lalu dua kunang-kunang, tiga, empat, sepuluh, dua puluh, sampai dengan ratusan kunang-kunang mulai terbang kesana dan kemari sambil memancarkan cahayanya yang indah, tiba-tiba satu komando katak dewasa memecahkan suasana malam itu, dengan satu teriakan, "seraaaaaaaaang, santap semua kunang-kunang dari hutan belantara ini, agar hanya katak saja yang mendapatkan status makhluk malam paling indah". Teriakan katak dewasa telah mengubah malam itu menjadi malapetaka, tanpa ampun, katak-katak mulai menjulurkan lidahnya dan menangkap kunang-kunang yang tak berdaya lalu melahapnya. Tidak butuh waktu lama, ratusan kunang-kunang pun sirna, sedangkan beberapa kunang-kunang yang menyadari musibah tersebut melarikan diri ke tengah hutan dan meninggalkan danau untuk selamanya.
Yah, malam itu.. danau di hutan belantara hanya menyuguhkan nyanyian katak saja, tanpa kelebat cahaya kunang-kunang walau pun hanya seekor. Aaaah, hilang sudah keindahan sempurna di danau rimba raya pada malam hari, semua akibat keangkuhan katak yang tidak terima ada makhluk lain yang disebut paling indah selain diri mereka sendiri. Ingat, di hutan kita harus bisa hidup berdampingan dan saling mengisi, jangan egois dan mau menang sendiri.
Kodi, Ingin jadi Raja Rimba
Alkisah di sebuah hutan rimba yang damai dan tenang, yang dihuni oleh binatang hutan yang saling bersahabat. Huan rimba yan damai terebut dipipin oleh raja rimba yang sangat bijaksana. Suatu Hari sang raja mengajak para penghuni hutan seprti gajah, jerapah, katak, beruang, burung, kuda nil, monyet dan hewan lainnya untuk berkumpul.
Mereka sangat senang mendengar ajakan sang raja rimba dan menyambutnya dengan sorak sorai. Akan tetapi di suatu sudut terlihat ada seekor Katak yang bernama Kodi yang menanggapi ajakan si raja rimba dengan wajah masam. Sang gajah yang dari tadi memperhatikan sikap Katak tadi kemudian mendekatinya. "Hai Kodi, bagaimana kabarmu hari ini?", Katak pun menjawab sambil membelakangi gajah,"nggak perlu sok akrab" ujar Kodi si katak. Gajah yang masih penasaranpun berjalan menuju Kodi si katak dan kembali bertanya,"apa yang mengganggumu wahai sahabatku, hingga kamu terlihat tidak senang?" Katak dengan marah menjawab,"sudah, Kau tidak perlu tahu urusan ku, urusan saja dirimu dan urusan rajamu itu". Sambil pergi dan menggerutu, Kodi meningalkan gajah yang masih bengong dengan tingkah si Kodi.
Kodi berkata dalam hatinya, "Hmmm dasar raja sombong, apa karena badan dan aumanmu yang menggelegar lalu engkau pantas disebut raja. Padahal aku bisa saja mengalahkanmu dan bisa saja lebih kuat darimu". Si kodi Katak pergi meninggalkan gajah yang semakin bingung.
Acara yang diselenggarakan sang raja rimba pun berjalan dengan sukses dan disambt dengan bersorak sorai gembira para tamu undangan.
Dari kejauhan nampaklah sekelompok ular yang tiba-tiba datang dan masuk ke dalam hutan serta bermain dipinggir kolam. Saat itu si Kodi katak tengah berjemur di atas daun teratai di dalam kolam sambil mengkhayal serta bergumam bahwa dia suatu sat akan menjadi si raja hutan. Ternyata gumamamnya didengar oleh ular tadi. Ular yang memang tidak begitu suka dengan si Kodi pun saat itu menjadi geram dan kesal dengan kesombongan Kodi. Maka diam-diam ular pun mendekati Kodi dan bersiap mau memberi pelajaran.
Ular memuka lebar mulutnya, kemudian Kodi pun terperangap di dalam rahang si ular. Kodi pun menjerit minta tolong,"tolong....tolong...tolong....," begitu teriak si Kodi. Adapun teman-teman Kodi sesama katak, tak ada yang berani menolong. Mereka semua melarikan diri berlompatan menjauhi Kodi. Sedangkan Kodi pun hanya bisa pasrah.
Tak jauh dari tempat Kodi, ada seekor kelinci yang sedang lewat. Melihat Hal itu dia segera menegur ular. "ular, tolong kau lepaskan Kodi, walaupun kau tidak suka padanya, tapi kami sebagai warga hutan tidak bisa berbuat demikian. Raja hutan pasti akan marah dengan ulahmu," kata kelinci. Ular pun menjawab,"biar saja, biar Kodi sesekali diberi pelajaran atas kesombongan ya, yang konon merasa lebih pantas menjadi raja hutan, ada-ada saja"
Kelinci akhirnya pergi dan berusaha mencari sang raja rimba untuk menengahi tingkah dua binatang tersebut. Di tengah perjalanan, kelinci bertemu dengan sang raja rimba lalu kelinci menceritakan perihal yang di lihatnya tadi. Dengan diantar kelinci, sang raja rimba sampai ditempat ular menangkap Kodi. Raja rimba berkata, "Hai Ular, apa yang terjadi, tapi engkau tolong lepaskan Kodi, mari kita bicarakan masalah kalia baik-baik dan dengan kepala dingin."
Tak lama kemudian, ular pun melepaskan Kodi, karena Kodi mulai kehabisan napas karena cengrama rahang si ular, akhirnya Kodi hanya bisa terduduk lemas bersandarkan bongkahan batu kali.
Ular memulai pembicaraan, "Maafkan hamba ya raja rimba, hamba sangat kesal dengan si Kodi yang sombong dan sok berkuasa, sudah berapa sering dia berkata kalau dirinya sangat kuat, besar, dan bisa mengalahkanmu, yang hamba lakukan tadi hanya untuk memberi pelajaran untuknya aar tidak sombong dan angkuh". Raja rimba bergumam,"Hmmm benarkah begitu, Kodi si katk," Tanya raja rimba kepada si Kodi. Kodi menjawab dengan pasrah, "maafkan aku, memang benar demikian wahai raja rimba yang bijaksana".
"Kodi, kaupun suatu saat engkau bisa menjadi raja rimba, bisa menjadi besar dan kuat, bahkan bisa mengalahkan yang lebih besar darimu sekalipun. Tapi menjadi yg terkuat bukan segalanya. Jadilah dirimu sendiri, bangga dengan apa yang Kau miliki saat ini, bukankah dengan nyanyianmu yang riang dan merdu sudah cukup mampu untu membuat penduduk hutan merasa riang..! Jadi engkau harus selalu bersyukur dengan apa yang kamu miliki dan tidak perlu iri dengan kelebiha binatag lain atau justru menjadi sombong denga kemampua diri sendiri," terang sang raja rimba dengan bijaksana.
Kodi pun hanya mampu mengangguk dan meminta maaf atas kesombonganya selama ini. Akhirnya semua berdamai, dan kedua binatang tersebut yaitu ular dan katak pun bersalaman dan mereka berdua akhirnya menjadi sahabat yang baik.
Pesan dan hikmah:
Kesombongan akan merugikan diri kita sendiri
Pemimpin yang baik dapat menyelesaikan setiap masalah dengan bijaksana dengan tenang, bukan memperkeruh suasana dan keadaan.
Mereka sangat senang mendengar ajakan sang raja rimba dan menyambutnya dengan sorak sorai. Akan tetapi di suatu sudut terlihat ada seekor Katak yang bernama Kodi yang menanggapi ajakan si raja rimba dengan wajah masam. Sang gajah yang dari tadi memperhatikan sikap Katak tadi kemudian mendekatinya. "Hai Kodi, bagaimana kabarmu hari ini?", Katak pun menjawab sambil membelakangi gajah,"nggak perlu sok akrab" ujar Kodi si katak. Gajah yang masih penasaranpun berjalan menuju Kodi si katak dan kembali bertanya,"apa yang mengganggumu wahai sahabatku, hingga kamu terlihat tidak senang?" Katak dengan marah menjawab,"sudah, Kau tidak perlu tahu urusan ku, urusan saja dirimu dan urusan rajamu itu". Sambil pergi dan menggerutu, Kodi meningalkan gajah yang masih bengong dengan tingkah si Kodi.
Kodi berkata dalam hatinya, "Hmmm dasar raja sombong, apa karena badan dan aumanmu yang menggelegar lalu engkau pantas disebut raja. Padahal aku bisa saja mengalahkanmu dan bisa saja lebih kuat darimu". Si kodi Katak pergi meninggalkan gajah yang semakin bingung.
Acara yang diselenggarakan sang raja rimba pun berjalan dengan sukses dan disambt dengan bersorak sorai gembira para tamu undangan.
Dari kejauhan nampaklah sekelompok ular yang tiba-tiba datang dan masuk ke dalam hutan serta bermain dipinggir kolam. Saat itu si Kodi katak tengah berjemur di atas daun teratai di dalam kolam sambil mengkhayal serta bergumam bahwa dia suatu sat akan menjadi si raja hutan. Ternyata gumamamnya didengar oleh ular tadi. Ular yang memang tidak begitu suka dengan si Kodi pun saat itu menjadi geram dan kesal dengan kesombongan Kodi. Maka diam-diam ular pun mendekati Kodi dan bersiap mau memberi pelajaran.
Ular memuka lebar mulutnya, kemudian Kodi pun terperangap di dalam rahang si ular. Kodi pun menjerit minta tolong,"tolong....tolong...tolong....," begitu teriak si Kodi. Adapun teman-teman Kodi sesama katak, tak ada yang berani menolong. Mereka semua melarikan diri berlompatan menjauhi Kodi. Sedangkan Kodi pun hanya bisa pasrah.
Tak jauh dari tempat Kodi, ada seekor kelinci yang sedang lewat. Melihat Hal itu dia segera menegur ular. "ular, tolong kau lepaskan Kodi, walaupun kau tidak suka padanya, tapi kami sebagai warga hutan tidak bisa berbuat demikian. Raja hutan pasti akan marah dengan ulahmu," kata kelinci. Ular pun menjawab,"biar saja, biar Kodi sesekali diberi pelajaran atas kesombongan ya, yang konon merasa lebih pantas menjadi raja hutan, ada-ada saja"
Kelinci akhirnya pergi dan berusaha mencari sang raja rimba untuk menengahi tingkah dua binatang tersebut. Di tengah perjalanan, kelinci bertemu dengan sang raja rimba lalu kelinci menceritakan perihal yang di lihatnya tadi. Dengan diantar kelinci, sang raja rimba sampai ditempat ular menangkap Kodi. Raja rimba berkata, "Hai Ular, apa yang terjadi, tapi engkau tolong lepaskan Kodi, mari kita bicarakan masalah kalia baik-baik dan dengan kepala dingin."
Tak lama kemudian, ular pun melepaskan Kodi, karena Kodi mulai kehabisan napas karena cengrama rahang si ular, akhirnya Kodi hanya bisa terduduk lemas bersandarkan bongkahan batu kali.
Ular memulai pembicaraan, "Maafkan hamba ya raja rimba, hamba sangat kesal dengan si Kodi yang sombong dan sok berkuasa, sudah berapa sering dia berkata kalau dirinya sangat kuat, besar, dan bisa mengalahkanmu, yang hamba lakukan tadi hanya untuk memberi pelajaran untuknya aar tidak sombong dan angkuh". Raja rimba bergumam,"Hmmm benarkah begitu, Kodi si katk," Tanya raja rimba kepada si Kodi. Kodi menjawab dengan pasrah, "maafkan aku, memang benar demikian wahai raja rimba yang bijaksana".
"Kodi, kaupun suatu saat engkau bisa menjadi raja rimba, bisa menjadi besar dan kuat, bahkan bisa mengalahkan yang lebih besar darimu sekalipun. Tapi menjadi yg terkuat bukan segalanya. Jadilah dirimu sendiri, bangga dengan apa yang Kau miliki saat ini, bukankah dengan nyanyianmu yang riang dan merdu sudah cukup mampu untu membuat penduduk hutan merasa riang..! Jadi engkau harus selalu bersyukur dengan apa yang kamu miliki dan tidak perlu iri dengan kelebiha binatag lain atau justru menjadi sombong denga kemampua diri sendiri," terang sang raja rimba dengan bijaksana.
Kodi pun hanya mampu mengangguk dan meminta maaf atas kesombonganya selama ini. Akhirnya semua berdamai, dan kedua binatang tersebut yaitu ular dan katak pun bersalaman dan mereka berdua akhirnya menjadi sahabat yang baik.
Pesan dan hikmah:
Kesombongan akan merugikan diri kita sendiri
Pemimpin yang baik dapat menyelesaikan setiap masalah dengan bijaksana dengan tenang, bukan memperkeruh suasana dan keadaan.
Cebby si Kodok Songong
Diceritakan bahwa di dalam hutan rimba, terdapat seekor kodok yang jutek dan juga super sombong. Kodok atau katak yang satu ini punya kegemaran mengurusi urusan binatang lain tetapi tidak ingin urusan pribadinya dibicarakan. Dan yang paling parah adalah, Cebby suka ceroboh tetapi tidak ingin disalahkan atas kecerobohan yang dilakukannya sendiri.
Kehidupan di hutan belantara memang tidak akan luput dari gosip. Kalau di dunia manusia, ada pepatah bahwa "tiap dinding bertelinga", yang maknanya tidak ada yang bisa disembunyikan, semua kabar akan mudah diketahui oleh orang banyak. Begitu juga di hutan belantara, setiap helai rerumputan dapat menyampaikan pesan, setiap batang pohon senantiasa memperhatikan dan mendengarkan apa saja yang terjadi di dalam hutan. Walau pun demikian, pohon dan rerumputan memang sejatinya tidak bisa mendengarkan dan berbicara, tetapi begitu lah seisi hutan, semua cerita dan gosip dengan cepatnya menyebar ke seluruh pelosok hutan.
Suatu ketika, Cebby si kodok jutek sedang belanja kebutuhan sehari-hari, lalu Cebby memasuki pasar hutan dengan riangnya. Saat ingin membayar barang-barang yang dia beli, ternyata Cebby tidak membawa dompet, hanya membawa telpon genggamnya saja. Sudah mengantri lama di depan kasir, lalu saat membayar dengan angkuh si Cebby berkata sambil menyodorkan telpon genggamnya, "saya mau bayar pakai paypal, bisa kan?". Akan tetapi kasir super market berkata, "maaf, kami hanya menerima cash atau kartu debit". Cebby kemudian marah, "super market apa ini, kudet.. nggak update dengan metode pemayaran digital, ya sudah.. saya bayar pakai Google Pay". Kembali lagi petugas kasir sampaikan, "maaf tuan, kami hanya menerima pembayaran tunai atau kartu debit". Hmmm, Cebby akhirnya melemparkan semua belanjaannya di meja kasir, sambil berkata, "ya sudah, kalau memang tidak bisa bayar pakai akun digital, mending ini super market disebut toko kelontong atau toko jadul saja, pay pall dan google pay nggak bisa dipakai bayar, payah nih, super market ndesoooo". Sejurus kemudian, dengan langkah sombong, Cebby meninggalkan super market hutan begitu saja. Sedangkan binatang lain yang sedang mengantri di kasir hanya bisa menggelengkan kepala atas tingkah Cebby, si Kodok Songong.
Padahal, semua ini terjadi akibat kecerobohan Cebby yang pergi belanja tanpa membawa dompetnya, akhirnya Cebby pun berakting dengan gaya songongnya, merendahkan supermarket yang dianggap kurang update dengan metode pembayaran non tunai seperti Pay Pal dan Google Pay. Dan, sebenarnya ada rahasia lain, Cebby sebenarnya tidak punya saldo baik di akun Pay Pal maupun Google Pay nya, semua dilakukan hanya untuk menutupi kecerobohannya saja.
Cerita Cebby cepat menyebar di seluruh hutan belantara, sampai-sampai pemilik super market pun merenung. Boss supermarket berkata dalam hatinya, "Pembayaran pakai Pay Pal dan Google Pay, boleh juga sih.. Tapi kan ada potongan biaya adminisrasinya..? Hmmmm, bagaimana ya..? coba aku bicarakan kepada semua pemegang saham, mungkin bisa dijadikan inovasi dalam pembayaran non tunai".
Keesokan harinya, semua super market dan juga gerai toko yang bekerja sama dengan bisnis super market telah memasang sticker pengumuman dengan tulisan, "kami menerima pembayaran dengan Pay Pal, Google Pay, dan pembayaran non tunai lainnya". Saat Cebby keluar dari rumahnya, disaksikannya bagaimana di jalan-jalan, di toko-toko, di super market dan mini market menerima pembayaran non tunai seperti yang disampaikan oleh Cebby. "Aaah, gawat ini.." begitu pikiran si Cebby, "bisa ketahuan nih kalau Pay Pal dan Google Pay milikku nggak ada saldonya".
Dan begitu lah, berangsur-angsur, pembayaran non tunai menjadi salah satu pembayaran yang diterima di semua toko, merchant, tenant dan juga gerai-gerai besar. Cebby.. mau sombong pakai cara apa lagi..? Mungkin kalau ketinggaaln dompet, Cebby akan berlagak mau bayar pakai BitCoin... ha.. ha.. ha.. ada-ada saja...
#FinTech #EraDigital #HutanBelantara
Kehidupan di hutan belantara memang tidak akan luput dari gosip. Kalau di dunia manusia, ada pepatah bahwa "tiap dinding bertelinga", yang maknanya tidak ada yang bisa disembunyikan, semua kabar akan mudah diketahui oleh orang banyak. Begitu juga di hutan belantara, setiap helai rerumputan dapat menyampaikan pesan, setiap batang pohon senantiasa memperhatikan dan mendengarkan apa saja yang terjadi di dalam hutan. Walau pun demikian, pohon dan rerumputan memang sejatinya tidak bisa mendengarkan dan berbicara, tetapi begitu lah seisi hutan, semua cerita dan gosip dengan cepatnya menyebar ke seluruh pelosok hutan.
Suatu ketika, Cebby si kodok jutek sedang belanja kebutuhan sehari-hari, lalu Cebby memasuki pasar hutan dengan riangnya. Saat ingin membayar barang-barang yang dia beli, ternyata Cebby tidak membawa dompet, hanya membawa telpon genggamnya saja. Sudah mengantri lama di depan kasir, lalu saat membayar dengan angkuh si Cebby berkata sambil menyodorkan telpon genggamnya, "saya mau bayar pakai paypal, bisa kan?". Akan tetapi kasir super market berkata, "maaf, kami hanya menerima cash atau kartu debit". Cebby kemudian marah, "super market apa ini, kudet.. nggak update dengan metode pemayaran digital, ya sudah.. saya bayar pakai Google Pay". Kembali lagi petugas kasir sampaikan, "maaf tuan, kami hanya menerima pembayaran tunai atau kartu debit". Hmmm, Cebby akhirnya melemparkan semua belanjaannya di meja kasir, sambil berkata, "ya sudah, kalau memang tidak bisa bayar pakai akun digital, mending ini super market disebut toko kelontong atau toko jadul saja, pay pall dan google pay nggak bisa dipakai bayar, payah nih, super market ndesoooo". Sejurus kemudian, dengan langkah sombong, Cebby meninggalkan super market hutan begitu saja. Sedangkan binatang lain yang sedang mengantri di kasir hanya bisa menggelengkan kepala atas tingkah Cebby, si Kodok Songong.
Padahal, semua ini terjadi akibat kecerobohan Cebby yang pergi belanja tanpa membawa dompetnya, akhirnya Cebby pun berakting dengan gaya songongnya, merendahkan supermarket yang dianggap kurang update dengan metode pembayaran non tunai seperti Pay Pal dan Google Pay. Dan, sebenarnya ada rahasia lain, Cebby sebenarnya tidak punya saldo baik di akun Pay Pal maupun Google Pay nya, semua dilakukan hanya untuk menutupi kecerobohannya saja.
Cerita Cebby cepat menyebar di seluruh hutan belantara, sampai-sampai pemilik super market pun merenung. Boss supermarket berkata dalam hatinya, "Pembayaran pakai Pay Pal dan Google Pay, boleh juga sih.. Tapi kan ada potongan biaya adminisrasinya..? Hmmmm, bagaimana ya..? coba aku bicarakan kepada semua pemegang saham, mungkin bisa dijadikan inovasi dalam pembayaran non tunai".
Keesokan harinya, semua super market dan juga gerai toko yang bekerja sama dengan bisnis super market telah memasang sticker pengumuman dengan tulisan, "kami menerima pembayaran dengan Pay Pal, Google Pay, dan pembayaran non tunai lainnya". Saat Cebby keluar dari rumahnya, disaksikannya bagaimana di jalan-jalan, di toko-toko, di super market dan mini market menerima pembayaran non tunai seperti yang disampaikan oleh Cebby. "Aaah, gawat ini.." begitu pikiran si Cebby, "bisa ketahuan nih kalau Pay Pal dan Google Pay milikku nggak ada saldonya".
Dan begitu lah, berangsur-angsur, pembayaran non tunai menjadi salah satu pembayaran yang diterima di semua toko, merchant, tenant dan juga gerai-gerai besar. Cebby.. mau sombong pakai cara apa lagi..? Mungkin kalau ketinggaaln dompet, Cebby akan berlagak mau bayar pakai BitCoin... ha.. ha.. ha.. ada-ada saja...
#FinTech #EraDigital #HutanBelantara
Si Raja Kodok
Walau pun Kodok bukan lah raja hutan, tetapi terdapat seekor kodok yang dijadikan raja diantara kodok-kodok lainnya. Raja Kodok bernama Osas, menjadi raja bukan kekuasaan karena turun temurun atau pun disebabkan partai pengusung yang memenangkan pemilu layaknya dunia manusia, tetapi karena Osas memang seekor kodok yang bijak dan juga bertubuh besar dan tegap. Hal ini menyebabkan Kodok lain pun segan dan hormat padanya.
Sebagai Raja Kodok, Osas sering mendapatkan laporan-laporan ketidak beresan dari Kodok-kodok lainnya di dalam hutan. Akan tetapi dengan kebijaksanaan dan kecerdasannya, Osas dapat menyelesaikan masalah itu dengan baik tanpa menimbulkan permasalahan. Yah, begitulah Osas, Kodok yang kuat lagi bijaksana, yang menjadi Raja bukan karena manipulasi data pemilih akan tetapi karena pilihan mayoritas Kodok seluruh rimba raya karena kemampuan dan kecerdasannya, karena faktor internal yang dimiliki Osas dengan tanpa meninggalkan faktor eksternal dari pendukungnya. Osas yang bijak lagi cerdas terkadang mendapatkan undangan pertemuan pemimpin binatang satu wilayah danau hutan. Pertemuan itu dihadiri oleh beberapa perwakilan binatang yang bertempat tinggal di danau hutan seperti Raja kura-kura, Raja Buaya, Raja Ular, Raja Ikan, Raja Biawak dan sebagainya.
Suatu ketika, diadakan pertemuan dengan agenda utama tentang pertumbuhan ekonomi di kawasan danau hutan. Perang dagang antara dua kerajaan adi daya di hutan yaitu Kerajaan Babi dan Kerajaan Kera sedikit banyak telah berdampak kepada perekonomian di kawasan danau hutan. Kurs mata uang di masing-masing kerajaan sering terkoreksi akibat kebijakan ekonomi global yang ditetapkan oleh Kerajaan Kera maupun kerajaan Babi. Akan tetapi seluruh pimpinan kerajaan kawasan danau hutan bersepakat untuk menyatukan barisan, yaitu dengan kemudahan perijinan perdagangan antar kerajaan, dan penentuan kurs mata uang acuan yang ditetapkan flat, tidak berpengaruh terhadap fluktuasi nilai mata uang masing-masing kerajaan terhadap mata uang kerajaan Kera yang selalu mendominasi hutan rimba raya.
Saat Osas Raja Kodok diberi kesempatan berbicara di depan khalayak undangan, Osas berdiri dengan gagahnya dan berpidato tanpa membawa teks. Osas membuka pidatonya dengan kalimat penyemangat kepada semua kerajaan di kawasan danau hutan, "saudara-saudaraku sekalian, para binatang penghuni danau hutan di rimba raya, saya bangga menjadi salah satu dari kalian, saya pun bangga bahwa tekanan ekonomi global yang sulit saat ini masih membuat kita tetap bersatu. Memang benar, perang dagang antar dua kerajaan besar yang sedang terjadi saat ini dan berpengaruh kepada perekonomian masing-masing kerajaan kita, maka.. kita perlu melakukan manuver yang signifikan dalam kebijakan ekonomi kita, jika perlu.. mari kita berdagang antar kita sendiri. Kita kurangi perdagangan dengan mereka, dan mari kita memajukan ekonomi masing-masing kerajaan dengan meningkatkan perdagangan sesama kita. Sungguh, tidak akan binasa kita jika tidak membeli mobil-mobil mewah mereka, tidak akan menderita kita jika tidak membeli barang-barang murah dari kerajaan Babi, tetapi kita akan jaya jika kita saling mengisi sesama kita. Sebagaimana cerita game yang sedang digandrungi anak muda beberapa tahun belakangan ini, Mobile Legend atau ML, setiap kita adalah Hero, setiap kita adalah pahlawan, tetapi kita hanya bisa memenangkan pertempuran jika kita saling mengisi dengan menyamakan target target capaian kita, yaitu makmur dan maju bersama". Pidato Osas pun disambut dengan gemuruh standing applause yang sungguh meriah. Kemudian Osas menutup pidatonya dengan bagian ref lagu yang sedang trend di jagad IG, bukan deen assalam, bukan.. kalian salah duga, dan juga bukan tentang jainuddin atau pajero, tetapi lagu yang sangat dikenal oleh seluruh binatang di hutan, yaitu lagu Hei Tayo, "Hei Tayo, Hei Tayo, dia bis kecil ramah.. dst".
Osas meninggalkan podium masih dengan gemuruh tepuk tangan yang panjang, ternyata Raja Osas sungguh raja yang kekinian dan tidak kudet dengan perkembangan informasi di media sosial. Walau pun Osas termasuk Kodok generasi X tetapi masih bisa mengikuti perkembangan informasi di generasi milenial. Sungguh luar biasa, dan emejing.. Pidato Osas tentang ML mulai merebak di media elektronik bahkan menjadi salah satu cuitan dengan hashtag paling banyak. Walau pun demikian, tetap ada yang nyinyir dengan pernyataan dan statement Osas si Raja Kodok, salah satu nyinyiran yang menghiasi media adalah tentang Raja Game, "sebenarnya Osas itu Raja Kodok atau Raja Game, yang diurusi ML, mestinya kalau bikin pidato lebih greget lagi, fokus tentang kemajuan kerajaan, bukan malah bahas game". Atau nyinyiran tentang penggal lagu Hei Tayo dalam pidato, "suara cempreng, mau nyanyi pula.. hei tayo, hei tayo.. kenapa nggak sekalian hei infrastruktur, hei dana ibadah, aku pakai investasi, melompat, melaju, datangkan pekerja asing".
Yah, begitu lah adanya.. yang dilakukan Osas, bagi para pembenci, tidak pernah ada yang benar, Osas beribadah pada Tuhan pun masih dinyinyirin, apalagi kalau bicara salah, pasti langsung digoreng habis. Adil lebih baik, apresiasi semua prestasi, dan beri support agar kerajaan menjadi lebih baik. Suka nyinyir nanti hatinya busuk, semua prilaku akan berdampak pada jasad. Kalau keram otak baru tau rasa.. Ayok, bicara yang baik-baik, tapi kalau tidak bisa bicara yang baik, diam saja... mungkin lebih baik.
#NyinyirBermartabat #TahunPolitik #OsasSiRajaKodok #KampretManaKampret #DamaiYuk #CebbyJugaMakhluk (?)
Sebagai Raja Kodok, Osas sering mendapatkan laporan-laporan ketidak beresan dari Kodok-kodok lainnya di dalam hutan. Akan tetapi dengan kebijaksanaan dan kecerdasannya, Osas dapat menyelesaikan masalah itu dengan baik tanpa menimbulkan permasalahan. Yah, begitulah Osas, Kodok yang kuat lagi bijaksana, yang menjadi Raja bukan karena manipulasi data pemilih akan tetapi karena pilihan mayoritas Kodok seluruh rimba raya karena kemampuan dan kecerdasannya, karena faktor internal yang dimiliki Osas dengan tanpa meninggalkan faktor eksternal dari pendukungnya. Osas yang bijak lagi cerdas terkadang mendapatkan undangan pertemuan pemimpin binatang satu wilayah danau hutan. Pertemuan itu dihadiri oleh beberapa perwakilan binatang yang bertempat tinggal di danau hutan seperti Raja kura-kura, Raja Buaya, Raja Ular, Raja Ikan, Raja Biawak dan sebagainya.
Suatu ketika, diadakan pertemuan dengan agenda utama tentang pertumbuhan ekonomi di kawasan danau hutan. Perang dagang antara dua kerajaan adi daya di hutan yaitu Kerajaan Babi dan Kerajaan Kera sedikit banyak telah berdampak kepada perekonomian di kawasan danau hutan. Kurs mata uang di masing-masing kerajaan sering terkoreksi akibat kebijakan ekonomi global yang ditetapkan oleh Kerajaan Kera maupun kerajaan Babi. Akan tetapi seluruh pimpinan kerajaan kawasan danau hutan bersepakat untuk menyatukan barisan, yaitu dengan kemudahan perijinan perdagangan antar kerajaan, dan penentuan kurs mata uang acuan yang ditetapkan flat, tidak berpengaruh terhadap fluktuasi nilai mata uang masing-masing kerajaan terhadap mata uang kerajaan Kera yang selalu mendominasi hutan rimba raya.
Saat Osas Raja Kodok diberi kesempatan berbicara di depan khalayak undangan, Osas berdiri dengan gagahnya dan berpidato tanpa membawa teks. Osas membuka pidatonya dengan kalimat penyemangat kepada semua kerajaan di kawasan danau hutan, "saudara-saudaraku sekalian, para binatang penghuni danau hutan di rimba raya, saya bangga menjadi salah satu dari kalian, saya pun bangga bahwa tekanan ekonomi global yang sulit saat ini masih membuat kita tetap bersatu. Memang benar, perang dagang antar dua kerajaan besar yang sedang terjadi saat ini dan berpengaruh kepada perekonomian masing-masing kerajaan kita, maka.. kita perlu melakukan manuver yang signifikan dalam kebijakan ekonomi kita, jika perlu.. mari kita berdagang antar kita sendiri. Kita kurangi perdagangan dengan mereka, dan mari kita memajukan ekonomi masing-masing kerajaan dengan meningkatkan perdagangan sesama kita. Sungguh, tidak akan binasa kita jika tidak membeli mobil-mobil mewah mereka, tidak akan menderita kita jika tidak membeli barang-barang murah dari kerajaan Babi, tetapi kita akan jaya jika kita saling mengisi sesama kita. Sebagaimana cerita game yang sedang digandrungi anak muda beberapa tahun belakangan ini, Mobile Legend atau ML, setiap kita adalah Hero, setiap kita adalah pahlawan, tetapi kita hanya bisa memenangkan pertempuran jika kita saling mengisi dengan menyamakan target target capaian kita, yaitu makmur dan maju bersama". Pidato Osas pun disambut dengan gemuruh standing applause yang sungguh meriah. Kemudian Osas menutup pidatonya dengan bagian ref lagu yang sedang trend di jagad IG, bukan deen assalam, bukan.. kalian salah duga, dan juga bukan tentang jainuddin atau pajero, tetapi lagu yang sangat dikenal oleh seluruh binatang di hutan, yaitu lagu Hei Tayo, "Hei Tayo, Hei Tayo, dia bis kecil ramah.. dst".
Osas meninggalkan podium masih dengan gemuruh tepuk tangan yang panjang, ternyata Raja Osas sungguh raja yang kekinian dan tidak kudet dengan perkembangan informasi di media sosial. Walau pun Osas termasuk Kodok generasi X tetapi masih bisa mengikuti perkembangan informasi di generasi milenial. Sungguh luar biasa, dan emejing.. Pidato Osas tentang ML mulai merebak di media elektronik bahkan menjadi salah satu cuitan dengan hashtag paling banyak. Walau pun demikian, tetap ada yang nyinyir dengan pernyataan dan statement Osas si Raja Kodok, salah satu nyinyiran yang menghiasi media adalah tentang Raja Game, "sebenarnya Osas itu Raja Kodok atau Raja Game, yang diurusi ML, mestinya kalau bikin pidato lebih greget lagi, fokus tentang kemajuan kerajaan, bukan malah bahas game". Atau nyinyiran tentang penggal lagu Hei Tayo dalam pidato, "suara cempreng, mau nyanyi pula.. hei tayo, hei tayo.. kenapa nggak sekalian hei infrastruktur, hei dana ibadah, aku pakai investasi, melompat, melaju, datangkan pekerja asing".
Yah, begitu lah adanya.. yang dilakukan Osas, bagi para pembenci, tidak pernah ada yang benar, Osas beribadah pada Tuhan pun masih dinyinyirin, apalagi kalau bicara salah, pasti langsung digoreng habis. Adil lebih baik, apresiasi semua prestasi, dan beri support agar kerajaan menjadi lebih baik. Suka nyinyir nanti hatinya busuk, semua prilaku akan berdampak pada jasad. Kalau keram otak baru tau rasa.. Ayok, bicara yang baik-baik, tapi kalau tidak bisa bicara yang baik, diam saja... mungkin lebih baik.
#NyinyirBermartabat #TahunPolitik #OsasSiRajaKodok #KampretManaKampret #DamaiYuk #CebbyJugaMakhluk (?)
Sunday, December 9, 2018
Gajah yang baik hati
Gajah adalah binatang yang besar dengan belalainya yang panjang. Tubuh besarnya sering membuat binatang lain takut, khususnya binatang yang ukurannya jauh lebih kecil dari pada gajah. Tapi tahukah kamu jika gajah memiliki hati yang sangat lembut, begini lah ceritanya.
Suatu hari, gajah sedang berjalan riang di hutan. Kemudian gajah melihat sekumpulan serangga yang sedang bekerja mengumpulkan makanan menjelang musim hujan. Gajah memperhatikan dengan seksama serangga-serangga yang bekerja dengan giat. Kemudian gajah menyapa seekor belalang, "hei, lagi apa kalian semua..?", dengan tetap bekerja, belalang berkata, "kami sedang bekerja menyiapkan persediaan makanan menjelang musim penghujan, kamu tahu kan.. kalau sudah masuk musim penghujan, kami akan sulit mencari makanan karena dimana-mana akan basah semua". Gajah hanya tersenyum mendengarkan penjelasan belalang yang panjang dan lebar. Kemudian gajah bertanya lagi pada belalang, "hei belalang, kamu kan tahu kalau badanku ini sangat besar, kalian bisa berlindung dibawahku jika hujan turun, kalian pasti akan terlindungi". Belalang menghentikan pekerjaannya sesaat lalu mengatakan, "gajah, kalau berlindung di bawah naunganmu, mungkin kami akan terlindungi dari hujan, tapi bagaimana jika ada banjir..? lagi pula, kami ini selalu mencari tempat tinggal yang kering dan jauh dari jangkauan banjir atau pun hujan". Gajah hanya mengangguk paham dengan penjelasan belalang.
Kemudian gajah menyapa lagi, "hei, belalang.. saya lagi bosan nih, saya boleh ikut bantu kalian bekerja..?", Belalang menatap ragu, lalu memandang kepada teman-temannya yang lain, lalu belalang berkata, "sepertinya nggak usah bantu deh, kalau kamu ikut bantu bisa berantakan semua kerjaan kami.. kami kan mengumpulkan biji-bijian yang kecil ukurannya, sedangkan kamu, gajah yang besar, belalaimu saja seukuran ranting pohon, bagaimana bisa kamu membantu kami..?".
"Tenang saja, dari pada kamu dan teman-temanmu terbang ke sana dan kemari, akan aku ambilkan biji-bijian itu beserta batang dan pohonnya. Sehingga kalian tinggal mengambil biji-bijian yang tersedia bersama batang dan pohon yang aku ambil" begitu tawaran gajah. Akan tetapi tawaran gajah ditolak dengan halus oleh belalang, sambil berkata, "gajah, terima kasih banyak atas tawaran bantuan yang engkau sampaikan, akan tetapi.. jika kamu mengambil biji-bijian tersebut beserta ranting dan pohonnya, maka akan rusak lah pohon tersebut dan bagaimana kami akan dapat makanan untuk musim berikutnya jika pohon dan tanaman biji-bijian tersebut sudah rusak..?".
Gajah kembali menganggukkan kepalanya tanda telah paham. Kemudian gajah pun tersenyum dan berniat untuk meninggalkan sekumpulan serangga yang sedang bekerja, "baik lah kalau begitu, jika kalian membutuhkan aku, kalian tinggal panggil aku saja, aku akan selalu siap untuk membantu kalian, sampai jumpa lagi yah, mau lanjutin jalan-jalan sore nih". Belalang menganggukkan kepalanya, "ok, selamat jalan-jalan gajah, hati-hati di jalan dan terima kasih atas tawaran bantuan kepada kami, salam untuk keluargamu di rumah".
Begitu lah kehidupan di hutan, mereka saling memperhatikan, berusaha untuk saling membantu dan juga selalu berusaha untuk menjaga kelestarian hutan. Mereka tidak serakah dan mengambil hasil sebanyak-banyaknya walau pun mereka mampu. Karena mereka hidup bukan untuk hari ini saja, masih ada hari esok, musim depan, dan juga untuk menjaga kehidupan anak dan cucu mereka kelak. Mari kita jaga hutan dan lingkungan kita bersama.
Suatu hari, gajah sedang berjalan riang di hutan. Kemudian gajah melihat sekumpulan serangga yang sedang bekerja mengumpulkan makanan menjelang musim hujan. Gajah memperhatikan dengan seksama serangga-serangga yang bekerja dengan giat. Kemudian gajah menyapa seekor belalang, "hei, lagi apa kalian semua..?", dengan tetap bekerja, belalang berkata, "kami sedang bekerja menyiapkan persediaan makanan menjelang musim penghujan, kamu tahu kan.. kalau sudah masuk musim penghujan, kami akan sulit mencari makanan karena dimana-mana akan basah semua". Gajah hanya tersenyum mendengarkan penjelasan belalang yang panjang dan lebar. Kemudian gajah bertanya lagi pada belalang, "hei belalang, kamu kan tahu kalau badanku ini sangat besar, kalian bisa berlindung dibawahku jika hujan turun, kalian pasti akan terlindungi". Belalang menghentikan pekerjaannya sesaat lalu mengatakan, "gajah, kalau berlindung di bawah naunganmu, mungkin kami akan terlindungi dari hujan, tapi bagaimana jika ada banjir..? lagi pula, kami ini selalu mencari tempat tinggal yang kering dan jauh dari jangkauan banjir atau pun hujan". Gajah hanya mengangguk paham dengan penjelasan belalang.
Kemudian gajah menyapa lagi, "hei, belalang.. saya lagi bosan nih, saya boleh ikut bantu kalian bekerja..?", Belalang menatap ragu, lalu memandang kepada teman-temannya yang lain, lalu belalang berkata, "sepertinya nggak usah bantu deh, kalau kamu ikut bantu bisa berantakan semua kerjaan kami.. kami kan mengumpulkan biji-bijian yang kecil ukurannya, sedangkan kamu, gajah yang besar, belalaimu saja seukuran ranting pohon, bagaimana bisa kamu membantu kami..?".
"Tenang saja, dari pada kamu dan teman-temanmu terbang ke sana dan kemari, akan aku ambilkan biji-bijian itu beserta batang dan pohonnya. Sehingga kalian tinggal mengambil biji-bijian yang tersedia bersama batang dan pohon yang aku ambil" begitu tawaran gajah. Akan tetapi tawaran gajah ditolak dengan halus oleh belalang, sambil berkata, "gajah, terima kasih banyak atas tawaran bantuan yang engkau sampaikan, akan tetapi.. jika kamu mengambil biji-bijian tersebut beserta ranting dan pohonnya, maka akan rusak lah pohon tersebut dan bagaimana kami akan dapat makanan untuk musim berikutnya jika pohon dan tanaman biji-bijian tersebut sudah rusak..?".
Gajah kembali menganggukkan kepalanya tanda telah paham. Kemudian gajah pun tersenyum dan berniat untuk meninggalkan sekumpulan serangga yang sedang bekerja, "baik lah kalau begitu, jika kalian membutuhkan aku, kalian tinggal panggil aku saja, aku akan selalu siap untuk membantu kalian, sampai jumpa lagi yah, mau lanjutin jalan-jalan sore nih". Belalang menganggukkan kepalanya, "ok, selamat jalan-jalan gajah, hati-hati di jalan dan terima kasih atas tawaran bantuan kepada kami, salam untuk keluargamu di rumah".
Begitu lah kehidupan di hutan, mereka saling memperhatikan, berusaha untuk saling membantu dan juga selalu berusaha untuk menjaga kelestarian hutan. Mereka tidak serakah dan mengambil hasil sebanyak-banyaknya walau pun mereka mampu. Karena mereka hidup bukan untuk hari ini saja, masih ada hari esok, musim depan, dan juga untuk menjaga kehidupan anak dan cucu mereka kelak. Mari kita jaga hutan dan lingkungan kita bersama.
Gajero si muka cemberut
Di dalam rimba raya, terdapat seekor gajah yang suka cemberut. Yang ada di dalam pikirannya adalah, apa saja yang di lakukan oleh binatang lain selalu salah, hanya dirinya sendiri yang benar. Hmmmfffttt, susah juga kalau begini.
Pada suatu hari, ada acara keramaian di dalam hutan, yaitu perayaan ulang tahun si raja rimba. Semua binatang diundang, begitu juga dengan Gajero si gajah. Tetapi, Gajero selalu berkomentar miring dengan apa saja yang terjadi di sekelilingnya. Sambil menggerutu dia berkata, "dasar binatang tua, sudah berumur masih saja merayakan ulang tahun". Yah, begitu lah Gajero si gajah, semua yang dilakukan binatang lain selalu salah di matanya. Akan tetapi Gajero tetap datang memenuhi undangan si raja rimba walaupun dengan tetap menggerutu sepanjang jalan.
Di tengah perlajanan menuju tempat perayaan ulang tahun, Gajero bertemu dengan Monyet dan Landak. Kemudian monyet menyapa Gajero, "Gajah, kamu bawa hadiah apa ke undangan ulang tahun raja rimba?" begitu tanya si monyet. Ditambah pula dengan sapaan landak, "Iya nih, cemberut saja.. kita kan mau ke undangan perayaan ulang tahun, koq pasang wajah cemberut". Sambil tetap cemberut, Gajero menyahuti pertanyaan monyet dan landak, "aku nggak bawa hadiah apa-apa, dan aku mau cemberut atau tersenyum.. semua bukan urusan kalian, urus saja urusan kalian sendiri". Monyet dan landak saling menatap, sejurus kemudian mereka berjalan mendahului Gajero. Monyet berkata, "ya sudah, kalau begitu kami jalan duluan yah.. khawatir makanan yang disediakan oleh si raja rimba habis keduluan binatang lainnya, selamat menikmati harimu Gajah".
Grrrrmmm, Gajero semakin menggerutu dengan wajah cemberutnya yang khas. Tetapi di perjalanan dan kesendiriannya, Gajero pun berpikir, kenapa juga dirinya harus selalu cemberut dan tidak suka dengan urusan binatang lain..? Kenapa binatang lain selalu salah di dalam pikirannya..? Kenapa dirinya selalu merasa benar..?
Dari kejauhan perayaan ulang tahun si raja rimba, dilihatnya bagaimana seluruh binatang bersuka ria dengan semaraknya acara dan juga suguhan makanan untuk seluruh binatang di dalam hutan. Gajero merenung dalam diam, berpikir keras.. kenapa dirinya seperti ini..? Kalau saja dirinya tetap seperti ini, pasti tidak ada binatang yang mau berteman dengannya. "Aaaaah, sepertinya aku harus berubah menjadi binatang yang baik", begitu ucap Gajero di dalam hatinya. Kemudian Gajero berguman dalam hatinya, "tapi mulai dari mana yah..?, seluruh hutan mengenalku sebagai Gajero si muka cemberut, ah.. sudah lah... tekad ini sudah bulat, aku harus bisa menjadi teman yang baik dan menyenangkan untuk semua binatang di hutan".
Begitu lah kisah Gajero si muka cemberut. Sejak hari itu dia bertekad akan selalu menjadi gajah yang baik dan menyenangkan bagi seluruh warga hutan belantara. Semoga Gajero selalu bisa tersenyum dan menerima perbedaan dan pemikiran binatang lainnya tanpa merasa dirinya paling benar sendiri.
Pada suatu hari, ada acara keramaian di dalam hutan, yaitu perayaan ulang tahun si raja rimba. Semua binatang diundang, begitu juga dengan Gajero si gajah. Tetapi, Gajero selalu berkomentar miring dengan apa saja yang terjadi di sekelilingnya. Sambil menggerutu dia berkata, "dasar binatang tua, sudah berumur masih saja merayakan ulang tahun". Yah, begitu lah Gajero si gajah, semua yang dilakukan binatang lain selalu salah di matanya. Akan tetapi Gajero tetap datang memenuhi undangan si raja rimba walaupun dengan tetap menggerutu sepanjang jalan.
Di tengah perlajanan menuju tempat perayaan ulang tahun, Gajero bertemu dengan Monyet dan Landak. Kemudian monyet menyapa Gajero, "Gajah, kamu bawa hadiah apa ke undangan ulang tahun raja rimba?" begitu tanya si monyet. Ditambah pula dengan sapaan landak, "Iya nih, cemberut saja.. kita kan mau ke undangan perayaan ulang tahun, koq pasang wajah cemberut". Sambil tetap cemberut, Gajero menyahuti pertanyaan monyet dan landak, "aku nggak bawa hadiah apa-apa, dan aku mau cemberut atau tersenyum.. semua bukan urusan kalian, urus saja urusan kalian sendiri". Monyet dan landak saling menatap, sejurus kemudian mereka berjalan mendahului Gajero. Monyet berkata, "ya sudah, kalau begitu kami jalan duluan yah.. khawatir makanan yang disediakan oleh si raja rimba habis keduluan binatang lainnya, selamat menikmati harimu Gajah".
Grrrrmmm, Gajero semakin menggerutu dengan wajah cemberutnya yang khas. Tetapi di perjalanan dan kesendiriannya, Gajero pun berpikir, kenapa juga dirinya harus selalu cemberut dan tidak suka dengan urusan binatang lain..? Kenapa binatang lain selalu salah di dalam pikirannya..? Kenapa dirinya selalu merasa benar..?
Dari kejauhan perayaan ulang tahun si raja rimba, dilihatnya bagaimana seluruh binatang bersuka ria dengan semaraknya acara dan juga suguhan makanan untuk seluruh binatang di dalam hutan. Gajero merenung dalam diam, berpikir keras.. kenapa dirinya seperti ini..? Kalau saja dirinya tetap seperti ini, pasti tidak ada binatang yang mau berteman dengannya. "Aaaaah, sepertinya aku harus berubah menjadi binatang yang baik", begitu ucap Gajero di dalam hatinya. Kemudian Gajero berguman dalam hatinya, "tapi mulai dari mana yah..?, seluruh hutan mengenalku sebagai Gajero si muka cemberut, ah.. sudah lah... tekad ini sudah bulat, aku harus bisa menjadi teman yang baik dan menyenangkan untuk semua binatang di hutan".
Begitu lah kisah Gajero si muka cemberut. Sejak hari itu dia bertekad akan selalu menjadi gajah yang baik dan menyenangkan bagi seluruh warga hutan belantara. Semoga Gajero selalu bisa tersenyum dan menerima perbedaan dan pemikiran binatang lainnya tanpa merasa dirinya paling benar sendiri.
Boni si Gajah Lucu
Di hutan rimba, hiduplah seekor gajah lucu yang senang berteman. Setiap hewan di hutan rimba selalu di sapanya dengan akrab. Akan tetapi tidak semua binatang suka dengan basa-basi dan ramah tamah dari Boni si gajah lucu.
Suatu hari yang panas, Boni si gajah lucu keluar dari rumahnya dan hendak mencari minum untuk menyegarkan tubuh dan kerongkongannya. Berjalanlah si Boni menuju sungai yang airnya segar dan juga jernih. Ternyata, di sungai sudah banyak binatang lainnya seperti jerapah, kuda, kerbau, zebra, dan banyak lagi.
Boni si gajah lucu pun mulai menyapa semua binatang dengan ramah, "hai jerapah, apa kabar zebra, selamat siang kerbau, bagaimana harimu kuda yang gagah", akan tetapi binatang-binatang itu hanya tersenyum sinis dengan kedatangan si Boni. Lalu Kuda pun balik menyapa si Boni, "hei Boni, kalau mau minum.. sini, bergabung dengan kami, tapi kamu jangan berenang.. ini air sungai bisa terkuras habis kalau kamu meloncat ke dalam sungai". Lelucon kuda disambut tawa binatang lainnya. Tetapi ternyata Boni mulai mengambil ancang-ancang untuk meloncat ke dalam sungai.
Kerbau teriak, "Boni, apa yang akan kamu lakukan..? Tadi kan sudah dibilang, jangan meloncat ke sungai dan jangan berengan, kami semua sedang minum". Boni tidak menggubris ucapan Kerbau, lalu beberapa saat kemudian.. Byuuuur, Boni pun meloncat ke dalam sungai dan menyebabkan riak gelombang yang besar hingga membasahi semua binatang yang sedang minum.
Boni, bukan hanya berenang di sungai tetapi melumuri tubuhnya dengan lumpur sambil berkata, "kalian sedang apa, kalian sedang berbicara dengan siapa..? Aku bukan lah Boni si gajah, tetapi aku adalah kuda nil.. lihat lah tubuhku yang penuh lumpur ini". Semua binatang yang sedang minum dan basah kuyup tidak jadi marah melihat tingkah si Boni, mereka ikut tertawa-tawa melihat ulah si Boni. Akhirnya para binatang pun ikut serta berenang di sungai bersama Boni sambil main lumpur.
Suatu hari yang panas, Boni si gajah lucu keluar dari rumahnya dan hendak mencari minum untuk menyegarkan tubuh dan kerongkongannya. Berjalanlah si Boni menuju sungai yang airnya segar dan juga jernih. Ternyata, di sungai sudah banyak binatang lainnya seperti jerapah, kuda, kerbau, zebra, dan banyak lagi.
Boni si gajah lucu pun mulai menyapa semua binatang dengan ramah, "hai jerapah, apa kabar zebra, selamat siang kerbau, bagaimana harimu kuda yang gagah", akan tetapi binatang-binatang itu hanya tersenyum sinis dengan kedatangan si Boni. Lalu Kuda pun balik menyapa si Boni, "hei Boni, kalau mau minum.. sini, bergabung dengan kami, tapi kamu jangan berenang.. ini air sungai bisa terkuras habis kalau kamu meloncat ke dalam sungai". Lelucon kuda disambut tawa binatang lainnya. Tetapi ternyata Boni mulai mengambil ancang-ancang untuk meloncat ke dalam sungai.
Kerbau teriak, "Boni, apa yang akan kamu lakukan..? Tadi kan sudah dibilang, jangan meloncat ke sungai dan jangan berengan, kami semua sedang minum". Boni tidak menggubris ucapan Kerbau, lalu beberapa saat kemudian.. Byuuuur, Boni pun meloncat ke dalam sungai dan menyebabkan riak gelombang yang besar hingga membasahi semua binatang yang sedang minum.
Boni, bukan hanya berenang di sungai tetapi melumuri tubuhnya dengan lumpur sambil berkata, "kalian sedang apa, kalian sedang berbicara dengan siapa..? Aku bukan lah Boni si gajah, tetapi aku adalah kuda nil.. lihat lah tubuhku yang penuh lumpur ini". Semua binatang yang sedang minum dan basah kuyup tidak jadi marah melihat tingkah si Boni, mereka ikut tertawa-tawa melihat ulah si Boni. Akhirnya para binatang pun ikut serta berenang di sungai bersama Boni sambil main lumpur.
Subscribe to:
Posts (Atom)